Suara.com - Berbohong merupakan tindakan yang melanggar etika. Biasanya sifat ini akan mengakar jika sudah menjadi kebiasaan sejak lama. Bahkan bagi mereka yang suka berbohong, akan sulit mengidentifikasi kapan mereka mengatakan sesuatu yang benar dan kapan yang salah.
Disampaikan Liza M Djaprie, selaku Psikolog Klinis kebiasaan berbohong bisa mengarah pada gangguan kejiwaan maupun kepribadian. Untuk mengetahuinya pelaku yang gemar berbohong harus memeriksakan diri ke psikolog atau psikiater. Jika karena gangguan jiwa atau kepribadian, maka orang tersebut harus mengonsumsi obat-obatan tertentu.
"Kalau kejiwaan harus di terapi. Bisa terapi kognitif maupun hipnoterapi. Jadi psikolog atau psikiater akan mengajak pelaku ngobrol untuk memetakan ini kebiasaan berbohongnya karena apa sih," ujar Liza di sela-sela temu media yang dihelat Mothercare, Kamis (4/10/2018).
Liza menambahkan, pada kasus tertentu ada juga kondisi yang dinamakan 'impulsif liar' di mana seseorang berbohong dalam kondisi tidak sadar. Selain itu bisa juga kebiasaan berbohong yang dilakukan berulang terbentuk sejak kecil sehingga telah mendarah daging.
"Mungkin waktu kecil dia sukses berbohong sehingga ketika dewasa dia melakukannya lagi. Kalau kemudian dikaitkan dengan politik, uang dan macam-macam kita lihat itu dilakukan secara sadar nggak? Kalau iya maka inteevensi mau berubah atau enggak?" tambah Liza.
Pemberian terapi untuk mengintervensi kebiasaan berbohong ini kata Liza durasinya tergantung pada tingkat keparahan seseorang. Bagi mereka yang sudah sering berbohong maka intervensi akan membutuhkan waktu yang sangat panjang.
"Kalau ditanya menurun ke anak atau enggak, kalau bicara psikologi sosial mungkin saja, tapi lebih pada percontohan. Kalau orangtuanya suka berbohong ya ada kemungkinan anak akan mencontohnya," tandas dia.
Anda setuju orang suka berbohong, tanda gangguan jiwa?
Baca Juga: YouTube Go Laris Manis di Indonesia
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
Terkini
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya