Suara.com - Orang modern makan lebih sering daripada orang zaman dulu, dan seringkali dilakukan di luar waktu makan, atau yang disebut ngemil. Bahkan dikatakan bahwa banyak di antara kita yang terus ngemil dan menghabiskan waktu hingga 16 jam sehari untuk mengunyah.
Tubuh manusia memiliki dua kondisi metabolisme yang berbeda, yaitu saat berpuasa (tanpa makanan) dan setelah makan. Kondisi setelah makan adalah saat metabolisme tubuh Anda paling aktif, sekaligus saat sistem kekebalan tubuh dipicu untuk menghasilkan respon peradangan.
Peradangan adalah respon normal tubuh terhadap infeksi dan cedera. Ini artinya, aktivitas makan sekalipun akan memberikan tekanan fisiologis pada sistem kekebalan tubuh. Dan untuk orang yang punya kebiasaan ngemil sepanjang waktu, tubuh mereka bisa-bisa mengalami kondisi peradangan yang konstan.
Peradangan yang seharusnya dimaksudkan untuk menjadi pelindung jangka pendek, dapat menjadi lebih buruk ketika dipicu oleh kebiasaan ngemil tanpa henti ini. Peradangan bisa terus berlanjut dan menimbulkan kerusakan berulang pada tubuh. Peradangan kronis ini juga memicu berbagai penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup non-infeksi, termasuk penyakit jantung dan diabetes tipe 2.
Mengurangi frekuensi makan, baik melalui puasa atau membatasi waktu makan, memberi efek menguntungkan pada kesehatan manusia. Ini termasuk membantu menurunkan berat badan dan menurunkan risiko penyakit metabolik, seperti diabetes.
Pada akhirnya, kebiasaan ngemil tidak hanya meningkatkan kemungkinan munculnya peradangan, tetapi memasukkan kalori yang berlebihan juga menyebabkan penambahan berat badan. Makan terlambat juga dikaitkan dengan peningkatan kolesterol dan glukosa yang dapat membuat Anda resisten terhadap insulin. Ini membuat Anda merasa lebih lapar keesokan harinya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
-
Pertamina Patra Niaga Siapkan Operasional Jelang Merger dengan PIS dan KPI
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
Terkini
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia