Suara.com - Pada 2017 lalu, Kementerian Kesehatan mencanangkan program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) untuk memeratakan distribusi dokter spesialis di daerah terpencil, tertinggal, bahkan perbatasan. Namun berdasarkan keputusan Mahkamah Agung (MA) Nomor 25 P/HUM/2018 pada Selasa (18/12/2018) lalu, program kemudian WKDS dibatalkan.
Menurut Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Usman Sumantri, pencabutan program yang diatur Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 4 Tahun 2017 ini dikarenakan adanya gugatan dari seorang dokter yang tengah menempuh pendidikan dokter spesialis dan merasa program ini tak ubahnya seperti kerja paksa.
"Kalau kami dari Kementerian Kesehatan ingin memenuhi kebutuhan dokter spesialis di daerah tertinggal, terpencil, dan perbatasan lewat program Wajib Kerja Dokter Spesialis. Karena kenyataannya memang dokter spesialis di daerah-daerah tersebut masih minim," ujar Usman dalam temu media di Jakarta, Jumat (5/4/2019).
Usman menambahkan, di beberapa rumah sakit di daerah terpencil dan tertinggal sudah memiliki kamar operasi, namun sayangnya dokter spesialisnya tidak tersedia. Hal inilah yang ingin dihindari sehingga pelayanan kesehatan di Indonesia bisa merata.
Menyoal insentif, Usman mengatakan bahwa sebenarnya insentif yang diberikan untuk dokter spesialis yang mengikuti program WKDS tidak sedikit. Ia mencontohkan kisaran insentif yang bisa diterima dokter spesialis yang ditempatkan di daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan antara Rp 23 juta - Rp 30 juta. Angka ini belum termasuk insentif yang diberikan oleh pemerintah daerah.
"Kalau dokter yang ditempatkan di daerah pegunungan Bintang Papua bisa sampai Rp 100 juta kalau ditambah insentif daerah," tambahnya.
Itu sebabnya program WKDS ini, kata Usman, akan tetap dilanjutkan dengan program pengganti bernama Pendayagunaan Dokter Spesialis. Namun program ini tak lagi mewajibkan para dokter spesialis untuk ditempatkan di daerah melainkan secara sukarela.
Dalam kesempatan yang sama, dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS selaku Kepala Pusrengun SDMK, mengatakan bahwa program Pendayagunaan Dokter Spesialis harus dilanjutkan demi meningkatkan pelayanan mutu kesehatan di seluruh Indonesia, tak hanya di kota-kota besar seperti DKI Jakarta.
"Kalau dihentikan, kelas RS bisa turun, angka kematian ibu dan bayi bisa lebih tinggi. Ada RS di daerah terpencil yang sudah punya kamar operasi tapi tidak ada dokter spesialisnya. RS daerah sudah meningkatkan mutu tapi kalau tidak ada program ini dampaknya sangat besar," tandas dia.
Baca Juga: Bocah ke RS: Dokter, Ayam ini Ketabrak Sepedaku, Ini Rp 2 Ribu buat Obatnya
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar