Suara.com - Ingat, Diagnosis Gangguan Jiwa Tak Bisa Dilakukan via Media Sosial
Ramainya kabar soal caleg gagal yang mengalami gangguan jiwa jadi perhatian serius oleh dokter jiwa.
dr. Andri, SpKJ, FAPM, dari Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera mengatakan, di media sosial orang dengan mudahnya menyebut caleg A atau B mengalami gangguan jiwa. Padahal, diagnosis gangguan jiwa hanya bisa dilakukan lewat pemeriksaan dokter.
"Hal yang ingin saya sampaikan secara jelas adalah bahwa psikiater sebagai dokter yang menangani masalah kejiwaan tidak bisa mendiagnosis pasien hanya dari berita di media atau tampilan video di media sosial," ujar dr Andri dalam keterangannya kepada wartawan.
"Pemeriksaan untuk mendapatkan diagnosis gangguan jiwa harus dilakukan secara langsung, bukan berdasarkan rekaan atau asumsi dari psikiater tersebut," tegasnya lagi.
Perhatian dr. Andri tertuju pada dampak dari diagnosis gangguan jiwa lewat media sosial. Menurutnya, konsekuensi diagnosis gangguan jiwa bukanlah hal mudah.
Para caleg yang gagal tersebut bisa saja mengalami stigma karena disebut mengalami gangguan jiwa. Stigma ini menurut dr. Andri masih mudah ditemukan dalam keseharian masyarakat Indonesia.
"Orang yang mengalami gangguan jiwa di Indonesia bisa disangka kurang imannya dan kurang bersyukur, padahal gangguan jiwa bisa terjadi pada siapa saja dan hal itu adalah wajar," ujar pemilik akun Twitter @Mbahndi ini.
Untuk itu ia meminta agar masyarakat, terlebih tenaga kesehatan, untuk tidak menyebut seseorang mengalami gangguan jiwa tanpa pemeriksaan medis oleh dokter, hanya karena melihat perilaku dan perkataannya di televisi ataupun media sosial.
Baca Juga: Jokowi Menang di TPS Gangguan Jiwa, Pemilih: Saya Mau Main Sama Pak Jokowi
"Ingatlah yang bisa mendiagnosis gangguan jiwa adalah dokter jiwa atau psikolog klinis karena hal ini akan berhubungan langsung dengan terapi itu sendiri," kata dr Andri.
"Jangan menambah stigma gangguan jiwa dengan hal-hal yang sifatnya melecehkan atau merendahkan orang dengan masalah kejiwaan atau dengan gejala gangguan jiwa. Semoga kita bisa memahaminya. Salam Sehat Jiwa," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- Siapa Shio yang Paling Hoki di 5 November 2025? Ini Daftar 6 yang Beruntung
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Satu-satunya dari Indonesia, Dokter Ini Kupas Potensi DNA Salmon Rejuran S di Forum Dunia
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar
-
Nggak Sekadar Tinggi Badan, Ini Aspek Penting Tumbuh Kembang Anak
-
Apoteker Kini Jadi Garda Terdepan dalam Perawatan Luka yang Aman dan Profesional
-
3 Skincare Pria Lokal Terbaik 2025: LEOLEO, LUCKYMEN dan ELVICTO Andalan Pria Modern
-
Dont Miss a Beat: Setiap Menit Berharga untuk Menyelamatkan Nyawa Pasien Aritmia dan Stroke
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!