Suara.com - Fetish Kaki, Saat Kesukaan Pada Kaki Berujung Hasrat Seksual Tak Lazim
Fetish merupakan istilah yang digunakan sebagai istilah hasrat seksual yang tak lazim atau berlebihan.
Di antara sekian banyak fetish seksual, fetish kaki menjadi yang paling umum. Dilansir Himedik dari Your Tango, terapis seks Dr. Erica Goodstone menyampaikan pendapatnya.
"Sebuah penelitian pada 2006 di mana AOL melacak istilah pencarian dengan kata fetish, mereka menemukan bahwa yang paling dicari adalah kaki," ujar Goodstone.
Dr. Goodstone juga mencatat penelitian yang dilakukan pada tahun 2007 di Universitas Bologna yang meneliti 381 diskusi Internet tentang fetish.
Diskusi terbanyak berfokus pada bagian tubuh dan bagian tubuh yang paling banyak muncul adalah kaki. Lalu apa sebenarnya fetish kaki?
Llelaki atau perempuan dengan fetish kaki sejati biasanya tidak dapat terangsang tanpa benar-benar fokus pada kaki pasangan," kata Dr. Goodstone.
"Lelaki, atau perempuan, dengan sikap parsial terhadap kaki dapat menikmati pasangan mereka mengenakan sepatu hak tinggi, memiliki jari-jari kaki yang tampak berbaris sempurna, atau beberapa aspek lain yang mereka sukai, tetapi mereka juga dapat terangsang oleh sentuhan dan aspek lain dari pasangan, penampilan, atau kehadiran."
Dengan kata lain, fetish kaki adalah ketika seseorang terangsang secara seksual dengan kaki saja. Parsialisme kaki adalah ketika seseorang hanya menemukan kaki sebagai anggota tubuh yang menarik.
Baca Juga: Bikini Desainer Ini Dihujat Karena Dianggap Eksplor Fetish Perempuan Asia
Namun, seberapa umumkah fetish kaki sebenarnya? Dr. Goodstone mengatakan bahwa, dalam pengalamannya, itu tidak lazim.
"Untuk menempatkan segala sesuatunya dalam perspektif, sebagai terapis seks yang berpraktik dan penasihat pernikahan selama lebih dari 25 tahun, saya telah bekerja dengan hanya dua lelaki yang memiliki fetish kaki yang nyata ," kata Dr. Goodstone.
"Harus ada perbedaan yang dibuat antara 'keberpihakan,' fokus pada satu bagian tubuh yang dianggap paling membangkitkan semangat versus 'fetisisme,' fokus pada satu bagian tubuh yang sering menjadi satu-satunya cara gairah seksual.
Tidak ada tampaknya statistik yang valid pada prevalensi fetish kaki, tetapi dalam pengalaman kerja saya prevalensinya cukup rendah.
"Tentu saja, ini bisa berarti bahwa beberapa orang dengan fetish kaki ekstrem tidak mencari terapi karena fetish mereka tampaknya tidak membahayakan siapa pun dan mereka tidak merasakan kebutuhan atau keinginan untuk berubah," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan