Suara.com - Lebih dari 50 Persen Ibu Baru Tak Dapat Dukungan Mental Pasca Persalinan
Sebuah survei nasional oleh Maven, sebuah klinik digital untuk perempuan mengungkapkan, bahwa lebih dari setengah ibu baru tidak mendapatkan dukungan kesehatan mental selama atau setelah kehamilan.
Padahal, jumlah ibu baru yang mengalami hal ini tak bisa dibilang sedikit. Di Amerika Serikat (AS) 1 dari 5 ibu baru dilaporkan menderita gangguan suasana hati dan kegelisahan perinatal.
Meskipun kesadaran tentang bagaimana kesehatan mental ibu akan berdampak pada anak-anak mereka semakin meningkat, banyak ibu baru masih belum mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
Mengenali masalah ini mungkin merupakan langkah pertama dalam mengubahnya.
Kate Ryder, pendiri dan CEO Maven, mengatakan kepada Motherly bahwa narasi utama tentang kesehatan mental ibu terutama seputar depresi pascapersalinan, tapi sebenarnya ada banyak masalah lain yang dihadapi perempuan, khususnya ibu baru.
Memang, kecemasan perinatal adalah masalah besar. Dari 700 ibu yang Maven survei, 23 persen melaporkan mereka hanya menderita depresi, sementara sebagian besar 55 persennya merasakan gejala depresi dan kecemasan.
Tak hanya itu, 54 persen ibu baru yang disurvei Maven mengatakan mereka tidak pernah diberi kesempatan untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan, karena mereka tidak pernah diperiksa untuk masalah seperti itu selama perawatan sebelum dan sesudah kelahiran.
"Kami ingin menjelaskan topik ini secara umum, dan menggambarkan bahwa ada banyak perempuan saat ini menderita beberapa bentuk masalah kesehatan mental ibu dalam keheningan. tanpa diagnosis, dan tanpa dukungan," kata Ryder, dilansir Motherly.
Baca Juga: Curhat Ibu Baru, Bangun Tidur Nama Anak Sudah Diubah Mertua
Data dari Maven menunjukkan bahwa profesional kesehatan mungkin perlu meningkatkan pemeriksaan mereka, tak hanya untuk kondisi kehamilan saja, melainkan juga gangguan suasana hati perinatal dan postpartum.
Meskipun ada pedoman untuk skrining depresi pascapersalinan, American College of Obstetricians dan Gynecologists menyarankan dokter dapat memeriksa pasien setidaknya sekali selama periode perinatal untuk depresi dan gejala kecemasan menggunakan alat standar yang divalidasi. Penyedia kebidanan juga harus siap untuk memulai pengobatan dan merujuk pasien sesuai kebutuhan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Satu-satunya dari Indonesia, Dokter Ini Kupas Potensi DNA Salmon Rejuran S di Forum Dunia
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar
-
Nggak Sekadar Tinggi Badan, Ini Aspek Penting Tumbuh Kembang Anak
-
Apoteker Kini Jadi Garda Terdepan dalam Perawatan Luka yang Aman dan Profesional
-
3 Skincare Pria Lokal Terbaik 2025: LEOLEO, LUCKYMEN dan ELVICTO Andalan Pria Modern
-
Dont Miss a Beat: Setiap Menit Berharga untuk Menyelamatkan Nyawa Pasien Aritmia dan Stroke
-
Jangan Tunggu Dewasa, Ajak Anak Pahami Aturan Lalu Lintas Sejak Sekarang!
-
Menjaga Kemurnian Air di Rumah, Kunci Hidup Sehat yang Sering Terlupa
-
Timbangan Bukan Segalanya: Rahasia di Balik Tubuh Bugar Tanpa Obsesi Angka
-
Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!