Suara.com - Heboh Cium Anak Bisa Sebabkan Dermatitis Atopik, Ini Penjelasan Pakar
Sempat viral di media sosial, terkait pengakuan seorang ayah yang mengatakan bahwa anaknya menderita dermatitis atopik karena kerap dicium sembarang orang.
Lalu, benarkah mencium bayi bisa menyebabkan dermatitis atopik? Rupanya menurut Dr. dr. Wresti Indriatmi, SpKK(K), M.Epid, tidak benar dermatitis atopik bisa menular lewat ciuman.
Ditemui dalam acara Tanggap Herpes Genital di Jakarta, Jumat, (17/5) kemarin, Wresti mengatakan bahwa dermatitis atopik merupakan kondisi turunan, bukan penularan atau infeksi lewat ciuman.
"Dia (anak) mendapat dermatitis atopik itu dari orang tuanya. Mungkin salah satu orang tuanya ada yang mengalami dermatitis atopik," kata Wresti.
Meski demikian, bukan berarti mencium anak orang lain secara sembarangan merupakan hal yang dapat dibenarkan.
Wresti bahkan mengkhawatirkan penyakit lain yang sama berbahayanya seperti herpes genital. Herpes genital sendiri merupakan penyakit sekual yang disebabkan oleh virus herpes simplex atau HSV tipe 1 dan 2.
Tipe 1 biasanya ditularkan melalui oral ke oral sedangkap tipe 2 melalui aktivitas seksual. "Namun semakin berkembangbya bentuk aktivitas seksual maka terkadang ditemukan HSV tipe 1 di area genital," katanya.
Baca Juga: Kulit Kepala Gatal dan Bersisik, Waspada Penyakit Dermatitis Seboroik
Salah satu cara penularan herpes genital yang paling mungkin adalah dengan berciuman. Itu juga yang dikhawatirkan oleh Wresti, di mana anak kecil biasanya akan diberi ciuman bibir oleh orang dewasa yang bisa saja menderita herpes genital.
Wresti bercerita, bagaimana sebuah survey di Inggris mengungkapkan adanya anak-anak TK di sana yang menderita herpes genital. Dicurigai, mereka mendapatkan penyakit tersebut dari aksi main cium orang dewasa ketika gemas melihat anak-anak.
Lalu bagaimana dengan kasusnya di Indonesia? Meski belum ada penelitian lebih lanjut, tapi Wresti tetap menyarankan agar orang dewasa jangan selalu main kecup apalagi di bagian bibir anak kecil.
Penderita herpes genital sendiri tidak dapat diobati secara permanen, dan jika sudah tertular virus di dalam tubuh, maka ia akan tetap berada di dalam tubuh.
Herpes genital bersifat periodik dan kemunculannya tergantung pada daya tahan tubuh pasien. Meski tidak berbahaya dan menyebabkan kematian, namun penyakit ini bisa menimbulkan beban psikologis dan finansial.
Berita Terkait
Terpopuler
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
-
Menkeu Purbaya 'Semprot' Bobby Nasution Cs Usai Protes TKD Dipotong: Perbaiki Dulu Kinerja Belanja!
-
Para Gubernur Tolak Mentah-mentah Rencana Pemotongan TKD Menkeu Purbaya
Terkini
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya