Suara.com - 4 Mitos Soal Penyakit Asma yang Masih Sering Dipercaya
Asma merupakan salah satu penyakit pernapasan yang jika dikontrol dengan baik, tidak akan menyebabkan kematian. Sayangnya, masih ada orang yang menderita asma menganggap penyakitnya terkendali dengan baik, padahal sebenarnya tidak.
Hal ini terjadi akibat masih tingginya hoaks dan mitos kesehatan seputar asma yang beredar di masyarakat. Ketika orang memiliki informasi yang kuat tentang bagaimana mengendalikan asma mereka dan mengurangi gejala, mereka lebih mampu menjalani kehidupan aktif yang mereka inginkan.
Salah satu mitos yang sudah terbukti tidak benar adalah asma diperlakukan yang sempat dipercaya sebagai penyakit psikosomatik, kini sudah ditanggapi dengan serius.
Dirangkum dari laman Health24, berikut 4 mitos soal penyakit asma yang sudah terbukti tidak benar:
1. Cuka sari apel meningkatkan gejala asma
Cuka telah digunakan sebagai obat tradisional selama ribuan tahun. Bahkan, cuka sari apel digunakan oleh Hippocrates sebagai pengobatan antibiotik dan sebagai desinfektan luka di masa perang. Cuka sari apel mentah yang difermentasi sekarang disebut-sebut sebagai pengobatan untuk berbagai penyakit yang berkisar dari refluks lambung hingga penurunan berat badan.
Penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki beberapa manfaat yang diklaim, tetapi tidak ada bukti ilmiah bahwa cuka akan meningkatkan asma.
2. Penderita asma tidak boleh olahraga
Baca Juga: Wali Kota Risma Masuk ICU karena Asma, Ketahui Tanda yang Bisa Ancam Nyawa
Berolahraga secara teratur adalah salah satu poin gaya hidup sehat. Olahraga juga penting agar paru-paru dapat berkerja sebaik mungkin.
Asma memang bisa kambuh saat olahraga, namun kekambuhan hanya terjadi di lingkungan dengan udara dingin yang kering. Perlu waktu lebih lama untuk gejala bahkan mulai jika paru-paru dalam kondisi yang baik.
3. Penggunaan spacer dan inhaler
Inhaler merupakan obat pereda serangan asma. Saking mudahnya digunakan, tak sedikit yang meremehkan penggunaan inhaler, dan menggunakannya tanpa spacer alias rongga penyimpanan.
Padahal spacer penting untuk memaksimalkan efek inhaler agar obat yang disemprotkan langsung masuk ke paru-paru, bukan perut.
4. Asma penyakit keturunan
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
-
SoftBank Sutradara Merger Dua Musuh Bebuyutan GoTo dan Grab
-
Pertamina Bentuk Satgas Nataru Demi Pastikan Ketersediaan dan Pelayanan BBM
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
Terkini
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil