Suara.com - Penderita Hipertensi, Perhatikan Hal Berikut Sebelum Olahraga Lari
Kewajiban berolahraga memang tidak mengenal batasan usia dan penyakit. Olahraga diperlukan untuk mencegah penyakit dan memperbaiki metabolisme tubuh, termasuk berolahraga lari.
Namun buat penderita darah tinggi atau hipertensi harus berhati-hati jika memilih berlari sebagai olahraga. Berlari dapat meningkatkan pola kerja jantung dan peredaran darah sehingga fungsi jantung akan terganggu.
"Bukan nggak boleh tapi harus dibatasi sesuai tingkat kemampuannya, tapi kalau misalnya lebih batas kemampuan batasnya terlalu lelah terlalu capek untuk memacu darah, maka akan berakibat menurunnya fungsi jantung," ujar dr. Hermawan Irawan, Medical Practitioner, PT Avrist Assurance dalam acara New Balance Run On 2019 di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (12/9/2019).
Kondisi yang sudah sangat parah dan harus jalani serangkaian perawatan tidak diperkenankan melakukan olahraga lari. Tapi jika masih taraf terkontrol dan dengan pengawasan dokter berlari diperkenankan asal tidak terlalu diforsir dengan mengenal beberapa tanda tubuh.
"Untuk tanda limit stop melakukan olahraga, harus istirahat, itu ditandai dengan ketidakmampuannya. Salah satunya contoh lemas, mata mulai kunang kunang, karena aliran darah ke otak itu mulai berkurang, hyperventilation atau napas yang sangat cepat, yang cukup vital itu rasa mual dan muntah. Itu sudah harus berhenti," ungkap dr.Hermawan
Lalu, pertolongan seperti apa yang bisa dilakukan, selain harus benar-benar menghentikan olahraga?
Yakni pastikan tempat beristirahat aman dari kecelakaan, tidak menghalangi aktivitas orang lain, dan pastikan Anda tidak berada di tempat banyak orang agar nyaman untuk mengambil napas.
"Bukan ditempat sumpek, jadi kebutuhan oksigen kita pun akan dapat ter-supply dengan baik, kondisi utamanya stop beraktivitas. Kedua, minum kalau sudah bisa minum, kalau masih mual muntah jangan dipaksakan," tuturnya.
Baca Juga: Tidur Tak Teratur Tingkatkan Risiko Diabetes Hingga Darah Tinggi
Dari postur pengidap, duduk juga memengaruhi, posisi yang tepat ialah setengah berbaring untuk mempermudah kinerja jantung dan paru-paru untuk mengambil napas.
"Aliran ke kepala tidak terlalu berat jadi jantung kerjanya tidak terlalu berat. Kalau tiduran yang tadi efek mual itu asam lambung akan semakin naik. Jadi setengah duduk atau setengah berbaring itu cukup baik," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Muncul Tudingan Ada 'Agen' Dibalik Pertemuan Jokowi dengan Abu Bakar Ba'asyir, Siapa Dia?
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
-
Menkeu Purbaya Punya Utang Rp55 Triliun, Janji Lunas Oktober
-
Ngeri Tapi Nagih! Ini Lho Alasan Psikologis Kenapa Kita Doyan Banget Nonton Film Horor
-
Daftar 46 Taipan yang Disebut Borong Patriot Bond Danantara, Mulai Salim, Boy Thohir hingga Aguan
Terkini
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?