Suara.com - Salah satu penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan adalah penyakit diabetes melitus. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat pada tahun 2030 dengan estimasi 98.400 orang menderita diabetes dan sekitar 11.000 orang di antaranya mengalami kebutaan.
Mengingat sebagian besar kebutaan akibat diabetik retinopati merupakan kondisi yang permanen dan tidak dapat diobati, maka pencegahan dan pengobatan menjadi hal yang penting. Ketua Perkumpulan Ahli Vitreoretina / Indonesian Vitreoretinal Society (INAVRS), Prof. dr. Arief S Kartasasmita, SpM (K), M.Kes, MM, PhD, mengatakan komplikasi yang paling umum adalah Diabetik Retinopati (DR) yang berisiko berkembang menjadi Diabetik Makular Edema, biasa dikenal sebagai DME.
"DR yang semakin berkembang akan mengakibatkan DME. Pada orang yang menderita DME, maka kualitas penglihatan akan semakin menurun seperti adanya titik hitam, buram, dan melihat garis bergelombang. DME yang tidak segera diobati sejak dini, ditambah dengan tidak terkendalinya kadar gula darah akan mempercepat proses terjadinya kebutaan," jelas Prof. Arief melalui siaran pers yang diterima Suara.com.
DME terjadi ketika kebocoran cairan ke pusat makula, bagian peka cahaya dari retina yang bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan langsung. Cairan di makula bisa menyebabkan kehilangan penglihatan yang parah atau kebutaan.
Dalam suatu penelitian terhadap 1.184 orang berusia lebih dari 30 tahun dengan Diabetes Melitus tipe 2 yang tinggal di daerah urban dan pedesaan Yogyakarta, Jawa Tengah, menunjukkan prevelensi DR yang tinggi dan DR yang mengancam penglihatan (VTDR - VisionThreatening Diabetic Retinopathy). Sekitar 1 dari 4 orang dewasa menderita VTDR dan 1 dari 12 orang dengan VTDR akan mengalami kebutaan.
"Pada pasien diabetes melitus menahun, perubahan tingkat gula darah dari waktu ke waktu dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil di dalam retina dan dapat menyebabkan komplikasi yang memiliki konsekuensi parah dalam hal morbiditas (angka kesakitan) 4,5. Untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas penglihatan, maka sangat penting bagi pasien DME untuk segera diberikan pengobatan yang tepat agar penglihatannya dapat dipertahankan," sambungnya.
Tanpa pengobatan, dengan menggunakan pemeriksaan ketajaman mata (ETDRS), pasien DME dapat kehilangan 2 baris dari penglihatannya dalam waktu 2 tahun pertama. Dengan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat, kemungkinan pasien kehilangan penglihatan dapat diminimalkan dan bahkan dipulihkan, sehingga memungkinkan mereka untuk bisa mendapatkan kualitas hidupnya kembali.
"Ada dua tujuan pengobatan untuk pasien DME, yaitu stabilitas penglihatan dengan cara mencegah memburuknya retina, mencegah memburuknya edema, dan memperbaiki hyper-reflective foci. Tujuan lainnya adalah terapi pemulihan dengan cara mempertahankan atau meningkatkan koreksi ketajaman visual atau Best Corrected Visual Acuity (BCVA) dan memperbaiki edema," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Masa Kecil Bareng Pacar, Hasil Realistis dan Lucu
- Siapa Zamroni Aziz? Kepala Kanwil Kemenag NTB, Viral Lempar Gagang Mikrofon Saat Lantik Pejabat!
- Bali United: 1 Kemenangan, 2 Kekalahan, Johnny Jansen Dipecat?
- Jelajah Rasa! Ini Daftar Kota di Jawa Tengah yang Jadi Surganya Pecinta Kuliner
Pilihan
-
Malaysia Turunin Harga Bensin, Netizen Indonesia Auto Julid: Di Sini yang Turun Hujan Doang!
-
Drama Bilqis dan Enji: Ayu Ting Ting Ungkap Kebenaran yang Selama Ini Disembunyikan
-
Rapor Dean James: Kunci Kemenangan Go Ahead di Derby Lawan PEC Zwolle
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
Terkini
-
Padel Court Pertama Hadir di Dalam Mal, Bawa Olahraga Jadi Makin Fun!
-
Nyaris Setengah Anak Indonesia Kekurangan Air Minum: Dampaknya ke Fokus dan Belajar
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
-
Manfaat Donor Darah Kurang Maksimal Tanpa Peralatan Pendukung Terbaik
-
Awas, Penyakit Jantung Koroner Kini Mulai Serang Usia 19 Tahun!
-
Anak Rentan DBD Sepanjang Tahun! Ini Jurus Ampuh Melindungi Keluarga
-
Main di Luar Lebih Asyik, Taman Bermain Baru Jadi Tempat Favorit Anak dan Keluarga
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang