Suara.com - Dear Generasi Z, Ini Tips Kembangkan Minat dan Bakat dari Psikolog
Pola pendidikan di Indonesia terus berkembang seiring pergeseran dunia kerja. Kini tuntutan serba bisa, kreatif, dan inovatif kepada karyawan akan selalu ada.
Nah, untuk bertahan di dunia kerja yang seperti itu diperlukannya minat dan bakat yang kuat. Masalah ini sedang dialami para generasi Z atau Gen Z yang kebingungan untuk menemukan minat dan bakat. Gen Z adalah mereka yang lahir pada 1996 hingga 2010 dan kini sedang sibuk memasuki dunia kerja.
Apa saja yang bisa dilakukan orangtua untuk membantu para Gen Z menemukan minat dan bakat? Praktisi pendidikan sekaligus psikolog Najeela Shihab mengatakan penting untuk tidak memaksa anak pada dunia hafalan dan hitung-hitungan.
"Yang sering memprihatinkan sekarang adalah orangtua itu kurang memberikan kesempatan anak mengeplorasi dan mendalami bidang yang non-akademis. Jadi seolah-olah di sekolah itu tujuannya adalah benar-benar buat ngafalin pelajaran. Di luar sekolah pun dihabiskan untuk bimbel," ujar Najeela Shihab di Plaza Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (30/10/2019).
Pada akhirnya Gen Z ini tidak menemukan bakat dan minat dirinya, hingga akhirnya mereka galau memilih jurusan yang diinginkan karena tidak bisa mengenal diri sendiri. Belum lagi, saat salah jurusan lebih memilih pasrah, dan saat ia harus magang tergagap tidak bisa mengimbangi.
"Nah itu yang kita ingin mudah-mudahan orangtua bisa lebih memahami bahwa tujuan pendidikan bukan sekedar lulus ujian naik kelas," tuturnya.
"Tapi memang betul-betul melihat potensi apa, talentanya ada di mana sehingga yang terjadi bukan standarisasi atau bukan anak yang dibilang pintar cuma anak yang itu-itu aja," sambungnya lagi.
Anak dari ulama Quraish Shihab itu mengingatkan dalam proses pencarian minat dan bakat sangatlah panjang. Jadi, biarkanlah anak bereksplorasi diri dengan memerhatikan apa yang disukainya, lalu berikan kesempatan mendalami bidang tersebut.
Baca Juga: 5 Destinasi Favorit Gen Z, Gabungkan Perjalanan dan Pengalaman Seru
"Belum tentu kalau anak itu misalnya mendalami olahraga bahwa akan jadi atlet, belum tentu. Karena kan ada nilai tertentu misalnya kedispilinan, komitmen, kerja sama, keterampilan, kompetensi yang dibutuhkan dia mau jadi apapun," tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Link Download Logo Hari Santri 2025 Beserta Makna dan Tema
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 21 Oktober 2025: Banjir 2.000 Gems, Pemain 110-113, dan Rank Up
Pilihan
-
5 Laga Klasik Real Madrid vs Juventus di Liga Champions: Salto Abadi Ronaldo
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
Terkini
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?