Suara.com - WHO Cemas Orang Masih Percaya Rokok Elektrik Lebih Aman dari Rokok Biasa
WHO sangat cemas peralatan vaping atau rokok elektrik terus dipasarkan dan punya imej sebagai produk yang tidak berbahaya. Mereka kini mulai menyerukan agar penggunaannya diperketat.
Mengutip VOAIndonesia, para pejabat kesehatan dunia semakin khawatir akan risiko kematian dan kesehatan yang ditimbulkan oileh penggunaan rokok elektrik atau vaping, yang terjadi di Amerika, Eropa, dan sejumlah negara lain.
Kematian terbaru seorang pemuda di Belgia dan juga berbagai laporan tentang penyakit yang disebabkan vaping di Filipina kembali memicu seruan supaya vape atau rokok elektrik ini diambil tindakan tegas.
"WHO cemas bahwa peralatan vaping atau rokok elektrik yang dipasarkan sebagai produk yang sehat menjanjikan Anda bisa melepaskan ketergantungan pada rokok dan nikotin biasa. Klaim kesehatan yang diajukan oleh para pembuat rokok elektrik ini padahal tidak ada bukti medisnya," ujar juru bicara WHO, Christian Lindmeier.
“Klaim bahwa e-cigarette ini lebih aman dibanding rokok biasa, tidak berarti bahwa bahwa rokok elektrik itu tidak berbahaya ya. Perangkat vaping itu menghasilkan gas aerosol yang mengandung berbagai racun yang bisa mengakibatkan sejumlah perubahan pathologis pada penggunanya. Gas ini juga merupakan risiko bagi orang-orang yang tidak merokok, pada anak-anak, dan perempuan hamil," lanjut Lindmeier.
Pusat pencegahan penyakit Amerika telah mengukuhkan sedikitnya 42 kematian di 24 negara bagian dan di kawasan ibu kota AS, Washington DC, dan lebih dari 2.100 orang yang sakit karena menggunakan produk-produk vaping.
Vaping adalah industri yang sangat menguntungkan, karena jumpah penggunaannya naik dari tujuh juta orang pada 2011, menjadi 41 juta orang tahun lalu. Keuntungan pembuatnya naik hampir tiga kali lipat, dari 6,9 miliar dollar lima tahun lalu menjadi lebih dari 19 miliar dollar tahun ini. Karena itu, usaha mencegah industri rokok untuk mengurangi penjualan rokok elektrik akan sangat sulit.
WHO menganjurkan supaya segera dimulai studi jangka panjang tentang dampak penggunaan nikotin lewat rokok elektrik.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
-
Harga Emas Antam Terpeleset Jatuh, Kini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
-
Roy Suryo Ikut 'Diseret' ke Skandal Pemalsuan Dokumen Pemain Naturalisasi Malaysia
Terkini
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!
-
Jantung Sehat, Hidup Lebih Panjang: Edukasi yang Tak Boleh Ditunda
-
Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Soroti Risiko AF dan Stroke di Indonesia
-
Skrining Kanker Payudara Kini Lebih Nyaman: Pemeriksaan 5 Detik untuk Hidup Lebih Lama
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!