Suara.com - Dalam rangka menyambut Hari Disabilitas Internasional yang jatuh setiap tanggal 3 Desember, Diveable menggelar berbagai kegiatan bersama penyandang disabilitas di Hotel Tentrem Yogyakarta, Minggu (1/12/2019) kemarin.
Diveable bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Yogyakarta dan Asita Jogja mengadakan aksi yang unik dan ekstrem, yaitu menyelam bersama tuli.
Acara bertajuk "Dive With Deaf" yang diinisiasi oleh walkingwalking.com ini bertujuan mengampanyekan pariwisata tanpa batas (barrier free tourism). Menariknya lagi, ini pertama kalinya di Indonesia ada acara menyelam bersama para tuli.
Meyra Marianti, founder Diveable melalui kegiatan ini ingin menyampaikan bahwa olahraga menyelam yang dibilang cukup ekstrem bisa dilakukan oleh semua orang. Bahkan, termasuk disabilitas dengan pendampingan pelatih profesional yang sudah berpengalaman dengan penyandang disabilits.
"Meskipun diving adalah olahraga yang sangat ekstrem tetapi dengan pendampingan dari pelatih yang tepat dan fasilitas yang sesuai kebutuhan mereka, mereka bisa melakukannya," kata Meyra Marianti di Hotel Tentrem Yogyakarta, Minggu (1/12/2019).
"Dive with Dife" ini diikuti oleh sebanyak 12 orang tuli dan 1 cerebal palsy. Lalu, tak ada satu peserta pun yang sebelumnya sudah pernah menyelam.
"Para penyelam profesional akan menggunakan bahasa isyarat untuk memberikan arahan dan instruksi pada para peserta. Ada 1 orang peserta tuli merupakan difeblind (buta dan tuli) sehingga komunikasi dilakukan dengan isyarat sentuh," ujarnya.
Meyra lalu mengatakan, acara menyelam bersama penyandang disabilitas ini bukan pertama kalinya dilakukan oleh Diveable. Mereka selalu rutin mengadakan acara ini setiap tahunnya.
Tahun sebelumnya, Diveable pun mengajak orang dengan keterbatasan fisik untuk menyelam. Tahun 2019 ini, mereka khusus mengajak orang dengan keterbatasan sensorik seperti tuli untuk menyelam.
Baca Juga: Pergi Menyelam Tahun Depan, Tulus Akui Tak Bisa Berenang
Menurut Meyra, menyelam adalah olahraga yang aman untuk penyandang disabilitas. Asalkan, mereka mendapatkan alat perlengkapan yang sesuai kebutuhan dan pendamping menyelam profesional khusus disabilitas.
Meyra menjelaskan bahwa perlengkapan menyelam untuk penyandang difabel dan tuli berbeda-beda. Orang dengan cerebral palsy akan menggunakan masker wajah penuh. Sedangkan tuli menggunakan masker yang berguna menutupi telinga mereka.
"Setiap ragam itu cara penangannya berbeda-beda. Kalau cerebral palsy, nanti kita pakaikan full mask. Jadi itu tidak dipakai untuk orang-orang tuli. Kalau orang tuli, kita pakaikan masker khusus ada penutup telinganya karena bisa jadi mereka sudah tidak ada gendang telinganya," jelasnya.
Perlengkapan tersebut diperlukan peserta tuli untuk mencegah air masuk langsung ke telinga. Pasalnya, kondisi itu bisa menyebabkan infeksi dan vertigo akibat perbedaan suhu.
Selain itu, mereka juga mempersiapkan tim tenaga medis untuk berjaga-jaga selama kegiatan menyelam. Mereka bekerja sama dengan RS Panti Rini menyediakan seorang dokter, satu perawat, dan mobil ambulans.
Semetara itu, Dokter Devi Crestella dari RS Panti Rini berpendapat bahwa olahraga menyelam masih tergolong aman bagi penyandang disabilitas, khususnya tuli. Bahkan, olahraga ini juga tidak ada risiko yang sama mengancam jiwa bagi penyandang disabilitas.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya