Suara.com - Musim hujan telah tiba, Anda pasti sering menemukan genang air di mana-mana. Pada musim seperti ini biasanya banyak anak-anak senang hujan-hujanan atau bermain genangan air.
Tetapi, seringkali orangtua khawatir ketika anak-anak bermain genangan air. Mereka mengira genangan air tersebut bisa menyebabkan penyakit karena tercampur dengan kotoran di jalanan hingga polutan.
Tetapi, apakah benar bermain genangan air buruk bagi kesehatan anak-anak dan tidak ada manfaatnya?
Cara terbaik untuk mengembangkan kesehatan usus anak justru membiarkan mereka berkotor-kotoran. Misalnya, membiarkan mereka bermain dengan hewan, mencuci tangan dengan sabun biasa daripada gen antibakteri, memberinya makanan tinggi serat dan mengurangi penggunaan antibiotik.
Menurut Profesor Brett Finlay dilansir dari Asia One, sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara kekurangan mikroba dalam usus anak dengan kondisi kronis potensial seperti asma, alergi, obesitas, diabetes dan perkembangan otak.
Ilmuwan mikroba Jack Gilbert, co-penulis Dirt Is Good, mengatakan bahwa kebiasaan memberihkan tangan anak-anak dengan tisu antiseptik setelah mereka bermain kotor-kotoran atau menjauhkannya dari binatang justru bukan pilihan tepat.
Jack Gilbert menganjurkan agar orangtua membiarkan anak-anak mengenal dunia lebih luas, seperti membiarkan mereka bermain kotor-kotoran untuk mengembangkan kesehatan usus.
Yoki Lau, ibu dua anak dari Hong Kong pun berusaha membiarkan anaknya yang berusia satu dan lima tahun bermain genangan air. Yoki Lau mengaku sebelumnya ia tidak boleh bermain genangan air hingga dewasa oleh orangtuanya.
Ia percaya bahwa bermain kotoran seperti di genangan air bisa membantu mengembangkan indera dan meningkatkan perkembangan anaknya.
Baca Juga: Orang yang Lahir Bulan April Berisiko Sakit Jantung, Ini Alasannya!
"Cara ini juga membantu mengembangkan keterampilan motorik halus dan membangun koneksi saraf. Beberapa tahun pertama kehidupan seorang anak sangat penting untuk pertumbuhan otak dan banyak koneksi saraf dibangun selama fase ini," jelas Yoki Lau.
Karena itu, ia percaya bahwa banyak stimulasi yang diterima otak bayi. Maka semakin banyak koneksi yang akan dikembangkan. Yoki Lau pun merasa bahwa sanitasi kedua anaknya telah berubah setelah membiarkan mereka bermain kotor.
"Saya adalah orang OCD. Saya selalu membersihkan tempat makan dan tangan anak saya setiap kali mereka menyentuh sesuatu. Tetapi, mereka tetap sakit setiap bulannya. Ketika saya kurangi tingkat OCD-nya dengan membiarkan anak-anak bermain kotoran, mereka justru lebih sehat," katanya.
Penelitian dalam Perspectives in Public Health pun berpendapat bahwa paparan anak usia dini terhadap mikroorganisme tertentu dapat melindungi dirinya dari sejumlah penyakit, termasuk alergi.
Para peneliti berpendapat bahwa belum ada bukti kuat mengenai hubungan antara kebersihan pribadi atau rumah dengan peningkatan risiko alergi. Karena, kebersihan yang berlebihan tidak menghilangkan mikroba.
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Tak Sekadar Air Putih, Ini Alasan Artesian Water Jadi Tren Kesehatan Baru
-
Vitamin C dan Kolagen: Duo Ampuh untuk Kulit Elastis dan Imunitas Optimal
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan