Suara.com - Penyanyi sekaligus aktris cantik Lady Gaga mengaku dirinya mulai mengembangkan gangguan stres pasca trauma (PTSD) setelah menjadi korban pemerkosaan berkali-kali saat berusia 19 tahun.
"Aku diperkosa berulang kali ketika aku berusia 19 tahun dan aku mengembangkan PTSD sebagai akibat dari pemerkosaan tersebut," jelas Lady Gaga saat diwawancarai oleh Oprah Winfrey pada Senin (6/1/2020).
Tindakan kekerasan, bencana alam dan peperangan, adalah peristiwa yang dapat memicu gangguan stres pasca trauma yang memengaruhi 8 juta orang Amerika, menurut National Alliance on Mental Illness.
Daftar pemicu gangguan ini cukup panjang dan mencakup bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tsunami, kecelakaan serius dan menyaksikan kematian, terutama yang ganas.
Ketika orang mengalami trauma, marah adalah reaksi normal atau bahkan bisa mengalami gejala fisik, seperti mual atau mimpi buruk.
Meski PTSD dapat sembuh, terkadang gangguan ini dapat bertahan hingga tahunan. Gejala PTSD dapat meliputi detak jantung yang cepat, mual, berkeringat, sesak napas, dan perasaan cemas.
Dilansir Health, sebagian besar penelitian PTSD menunjukkan bagian-bagian tertentu dari otak, seperti amigdala, hippocampus dan korteks prefrontal dalam beberapa cara diubah setelah alami trauma, kata Kate Cummins, PsyD, seorang psikolog klinis berlisensi di San Francisco.
"Selain itu, kortisol, hormon stres yang meningkat selama episode panjang stres, dan norepinefrin, yang bertanggung jawab untuk gairah, perhatian dan kewaspadaan, lebih banyak terlihat pada pasien yang telah terpapar trauma," kata Cummins.
Ada beberapa faktor risiko, misalnya wanita, yang lebih mungkin mengembangkan PTSD daripada pria dan orang-orang dengan sejarah masalah kesehatan mental juga berisiko lebih tinggi, menurut National Institute of Mental Health.
Baca Juga: Pernah Jadi Korban Pemerkosaan, Lady Gaga Mengaku Idap PTSD Setelahnya
Kurangnya dukungan emosional dari teman dan keluarga setelah trauma awal, atau mengalami stres tambahan selama peristiwa tersebut, juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena PTSD.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Berapa Gaji Zinedine Zidane Jika Latih Timnas Indonesia?
-
Breaking News! Bahrain Batalkan Uji Coba Hadapi Timnas Indonesia U-22
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
-
Heboh Merger GrabGoTo, Begini Tanggapan Resmi Danantara dan Pemerintah!
Terkini
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
-
Cara Efektif Mencegah Stunting dan Wasting Lewat Nutrisi yang Tepat untuk Si Kecil
-
Kisah Pasien Kanker Payudara Menyebar ke Tulang, Pilih Berobat Alternatif Dibanding Kemoterapi
-
Pengobatan Kanker dengan Teknologi Nuklir, Benarkah Lebih Aman dari Kemoterapi?
-
Data BPJS Ungkap Kasus DBD 4 Kali Lebih Tinggi dari Laporan Kemenkes, Ada Apa?
-
Camping Lebih dari Sekadar Liburan, Tapi Cara Ampuh Bentuk Karakter Anak
-
Satu-satunya dari Indonesia, Dokter Ini Kupas Potensi DNA Salmon Rejuran S di Forum Dunia
-
Penyakit Jantung Masih Pembunuh Utama, tapi Banyak Kasus Kini Bisa Ditangani Tanpa Operasi Besar
-
Nggak Sekadar Tinggi Badan, Ini Aspek Penting Tumbuh Kembang Anak