Suara.com - Wabah virus corona semakin meluas. Terhitung sudah ada 1600 orang yang terinfeksi dan 54 orang meninggal dunia akibat virus corona Wuhan, China.
Tetapi, satu keluarga di Tiongkok justru menolak salah satu anggota keluarganya harus dikarantina di Malaysia karena diduga mengalami gejala terinfeksi virus corona.
Salah satu anggota keluarganya itu merupakan anak balita usia 2 tahun. Keluarga menolak balita 2 tahun itu dikarantina karena mereka harus mengejar penerbangan ke China.
Dalam sebuah laporan polisi, tertulis dokter yang bertanggung jawab atas pasien tersebut meminta izin keluarga untuk merujuknya ke Rumah Sakit Sultanah Aminah. Karena balita 2 tahun itu menunjukkan gejala seperti influenza yang diduga ada keterkaitan dengan virus corona.
Setelah dokter menyampaikan hal tersebut, orangtua balita tersebut bersikeras bahwa anaknya hanya perlu obat flu lalu mereka melarikan diri dari rumah sakit. Padahal dokter sudah memeriksa gejalanya melalui alat vital dan semacamnya.
"Dalam pemeriksaan saya, anak itu mengalami gejala demam, flu dan batuk. Tetapi, kedua orangtuanya berusaha menyembunyikannya," ujar seorang dokter yang menangani pasien dikutip dari worldofbuzz.com.
"Saya memberi tahu mereka bahwa anaknya perlu dikarantina. Jika mereka menolak karantina, maka keadaannya akan lebih buruk di bandara dan mereka tidak akan bisa terbang," jelasnya.
Dalam laporan polisi menyatakan bahwa insiden itu terjadi pada 24 Januari 2020 pukul 22:00 waktu setempat.
Setelah dokter mengidentifikasi bahwa anak tersebut memiliki gejala virus corona Wuhan, kedua orangtuanya mengabaikannya karena mereka harus terbang ke China esok harinya.
Baca Juga: Punya Rasa yang Khas, Berikut 5 Manfaat Kesehatan Teh Chamomile
Sehingga mereka pun bersikeras menyembunyikan gejala anaknya dan menolak perintah dokter untuk karantina.
Menurut Wakil OCPD Johor Bharu Selatan, Supt Mohd Afzanizam Yahaya, laporan yang dibuat oleh dokter dari Departemen Kecelakaan dan Darurat (A&E) Rumah Sakit Sultanah Aminah telah diterima oleh departemennya. Lalu Departemen Kesehatan Johor akan mengirimkan laporan ini kepada Kementerian Kesehatan.
Berita Terkait
-
Misteri Diare Massal Hostel Canggu: 6 Turis Asing Tumbang, 1 Tewas Mengenaskan
-
Sinopsis Bloom Life, Drama China Terbaru Landy Li dan Guo Jun Chen
-
Keponakan Luhut Sebut RI Bakal Dibanjiri Investor Asing pada 2026, China Mendominasi
-
Sinopsis Burning Night, Drama China Terbaru Wang Yu Wen di Youku
-
Mengenal Jinlin Crater, Kawah Modern Terbesar di Bumi
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis