Suara.com - Sebuah studi menunjukkan orang cenderung mengonsumsi lebih banyak makanan sehat atau junk food setelah dipengaruhi oleh rekan-rekan mereka.
Fenomena ini dapat dikaitkan dengan kebiasaan makan atau kesehatan umum yang mereka perlihatkan di media sosial.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal 'Appetite' menemukan, orang akan makan sekitar sepertiga lebih banyak junk food jika mereka berpikir teman-temannya juga mengonsumsi hal yang sama.
Peneliti dari Universitas Aston mengatakan, studi ini memberi bukti pertama bahwa lingkaran sosial online secara implisit dapat memengaruhi kebiasaan makan melalui unggahan di media sosial.
"Studi ini menunjukkan, mungkin kita lebih dipengaruhi oleh teman media sosial daripada yang kita sadari ketika memilih makanan tertentu," kata mahasiswi psikologi di Universitas Aston, Lily Hawkins, yang memimpin penelitian ini.
Jadi, tambahnya, media sosial dapat digunakan sebagai alat untuk 'menyenggol' perilaku makan satu sama lain dalam kelompok persahabatan, dan berpotensi menggunakan pengetahuan ini sebagai alat untuk intervensi kesehatan masyarakat.
“Dengan anak-anak dan remaja menghabiskan waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan influencer melalui media sosial, temuan baru ini dapat membantu kita dalam memberikan intervensi agar mereka mengadopsi kebiasaan makan sehat sejak usia mud,” kata profesor Claire Farrow.
Menurut ahli diet Aisling Pigott, dilansir The Health Site, penelitian ini menunjukkan bagaimana kita dipengaruhi persepsi online tentang bagaimana orang lain makan.
"Kita harus memperhatikan pentingnya 'mendorong' perilaku positif dan tidak 'mempermalukan' pilihan makanan di media sosial sebagai intervensi kesehatan," ujar Aisling.
Baca Juga: Studi: Media Sosial Bikin Remaja Perempuan Rentan Depresi, Kok Bisa?
Berita Terkait
-
Hidupmu Bukan Konten: Melawan Standar Sukses Versi Media Sosial
-
Bukan Sekadar Tren Viral: Memahami Kekuatan Pop Culture di Era Digital
-
Dari Makan Cepat hingga Larut Malam: 5 Kebiasaan Makan yang Perlu Dihindari
-
Lebih dari Sekadar Boikot: Bagaimana Cancel Culture Membentuk Iklim Sosial
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan