Suara.com - Kebanyakan orang yang sedang lapar biasanya akan langsung melahap makanan yang tersaji di depannya dan tak mau berbagi. Namun sepertinya orang dewasa harus belajar pada bayi soal berbagi makanan.
Dilansir dari People, dalam sebuah studi baru yang dilakukan oleh Learning & Brain Sciences (I-LABS), University of Washington.
Para peneliti menetapkan bahwa bayi berusia 19 bulan akan memberikan makanan mereka kepada orang asing, bahkan ketika mereka sendiri sedang lapar.
Temuan yang diterbitkan pada 4 Februari di Nature Scientific Reports Group, menunjukkan bahwa bayi pada usia tertentu cenderung terlibat dalam perilaku altruistik, yang sering dimulai dengan pengalaman sosial awal mereka.
"Kami pikir altruisme itu penting untuk dipelajari karena itu adalah salah satu aspek paling khas dari menjadi manusia. Itu adalah bagian penting dari tatanan moral masyarakat," kata Rodolfo Cortes Barragan, seorang peneliti pascadoktoral di I-LABS dan penulis utama studi ini.
"Kami orang dewasa saling membantu ketika kami melihat orang lain membutuhkan dan kami melakukan ini bahkan jika ada biaya untuk diri sendiri. Jadi kami menguji akar ini pada bayi," jelasnya.
Untuk memeroleh temuan mereka, para peneliti mengambil hampir 100 bayi pada usia yang sama dan mengamati bagaimana mereka berperilaku ketika bermacam-macam buah, termasuk pisang, anggur, blueberry dan stroberi disajikan di depan mereka.
Dalam percobaan pertama, 58 persen bayi mengambil buah dan menyerahkannya kepada peneliti yang memohon. Di kelompok lain, di mana peneliti tidak melakukan upaya fisik untuk meraih buah, hanya 4 persen bayi yang berusaha membantu.
Sementara mayoritas bayi jelas menunjukkan sikap altruisme, para peneliti bertanya-tanya apakah ini akan tetap menjadi kasus ketika anak-anak lapar.
Baca Juga: Miris, Bayi Baru Lahir di Wuhan Positif Terinfeksi Virus Corona
Maka mereka melakukan percobaan kedua, membawa sekelompok anak yang berbeda, semuanya dengan usia yang sama, tepat sebelum waktu makan yang dijadwalkan.
Sekali lagi, peneliti melihat perilaku sama. Sebanyak 37 persen bayi menawarkan buah kepada peneliti yang membutuhkan. Sementara itu, kelompok lain di mana tidak ada upaya dilakukan untuk mencapai makanan, tidak ada bayi yang berusaha membantu.
"Bayi-bayi dalam penelitian kedua ini melihat dengan penuh kerinduan pada buah itu, dan kemudian mereka memberikannya!" Andrew Meltzoff, co-direktur I-LABS, mengatakan dalam siaran pers. "Kami pikir ini menangkap semacam bantuan altruistik versi bayi."
Dengan temuan mengejutkan ini, tim I-LABS mengatakan mereka berharap dapat mempelajari lebih banyak informasi, khususnya tentang "faktor perkembangan, evolusi, dan sosial-kognitif yang berkontribusi pada aktivitas altruistik ini" sehingga dapat berdampak positif di masa depan.
"Kami pikir keluarga dan pengalaman sosial tertentu membuat perbedaan, dan penelitian lanjutan akan diinginkan untuk lebih memahami apa yang memaksimalkan ekspresi altruisme pada anak-anak," kata Barragan dalam siaran pers.
"Jika kita dapat menemukan cara mempromosikan altruisme anak-anak kita, ini bisa menggerakkan kita menuju masyarakat yang lebih peduli."
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
Terkini
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!