Suara.com - Sejak akhir Januari 2020, kota Wuhan, China yang menjadi pusat wabah virus corona atau COVID-19 diisolasi atau terkunci. Sekitar 11 juta orang tinggal di sana tanpa transportasi dan tidak boleh pergi keluar untuk mencegah penularan virus corona lebih luas.
Kondisi wilayah yang terkunci selama berminggu-minggu hingga bulan ini tentunya memengaruhi kondisi mental para korban virus corona.
Apalagi mereka yang seluruh keluarganya harus diisolasi atau dikarantina karena virus corona dan tinggal sendiri. Belum lagi, kesulitan mencari perawatan medis hingga makanan untuk bertahan hidup.
Associate professor di Universitas Tulane dalam School of Social Work, dr Reggie Ferreira pun berpendapat dukungan sosial seolah menjadi faktor pelindung bagi para korban virus corona yang terisolasi dan berduka karena kehilangan.
"Sangat penting untuk tetap terhubungan dengan orang-orang, teman maupun keluarga melalui media sosial ketika terisolasi dan berduka," katanya dikutip dari Fox News.
Menurut Reggie Ferreira, menghabiskan waktu dikarantina dan tidak boleh berpergian bisa membuat seseorang stres. Kondisi ini juga bisa menyebabkan kecemasan dan ketakutan, terutama jika ada kemungkinan tertular infeksi.
"Korban juga mungkin mengalami frustasi ketika terlalu lama di tempat yang terkunci tanpa kepastian waktu. Mereka mungkin saja mudah marah karena merasa berada di situasi yang disebabkan oleh kelalaian orang lain," jelasnya.
Selain itu, penghentian fasilitas umum seperti pengambilan sampah, pengiriman surat dan sekolah juga bisa menambah tingkat risiko frustasi dan tekanan mental pada mereka yang terjebak di dalam rumah berminggu-minggu.
Dalam kondisi ini, Reggie Ferreira mengatakan pentingnya para korban menyadari tentang risiko masalah mental tersebut. Sehingga mereka akan saling menyadari jika ada seseorang di sekitarnya yang membutuhkan penyedia layanan kesehatan mental.
Baca Juga: Update Virus Corona Covid-19: 1.526 Orang Meninggal, 67.100 Terinfeksi
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!