Suara.com - Sebanyak 25 persen atau seperempat orang yang terinfeksi virus corona tidak menunjukkan gejala yang signifikan. Hal tersebut dinyakatakan oleh direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Dr. Robert Redfield pada New York Times.
"Ini menjelaskan seberapa cepat virus corona terus menyebar di seluruh negeri," kata Robert Redfield pada Selasa (31/3/2020).
Infeksi tanpa gejala inilah yang kemudian membuat CDC merekomendasikan penggunaan masker pada masyarakat. Meskipun sebelumnya CDC mengingatkan warga yang sehat untuk tidak menggunakan masker.
Munculnya kasus positif corona tanpa gejala menurut CDC menyulitkan pemutusan rantai penyebaran wabah.
Para peneliti hingga kini tidak tahu persis berapa banyak orang yang terinfeksi tanpa merasakan gejala. Tetapi sejak Covid-19 baru muncul pada bulan Desember, para peneliti telah melihat anekdot meresahkan di mana orang-orang yang tampaknya sehat menjadi penyebar virus.
Tingginya tingkat penyebaran tanpa gejala ini membuat corona menjadi salah satu penyakit (bukan flu) pertama yang menjadi sebuah pandemi.
Mengalihbahasakan dari New York Times, virus corona menyebar dengan mudah layaknya flu. Sayangnya, sebagai penyakit baru vaksin resmi belum bisa disebarkan.
"Dengan vaksin apa pun yang masih dalam pengembangan awal, cara terbaik untuk mengurangi pandemi adalah menjaga jarak (social distancing)," kata seorang ahli penyakit menular Universitas Minnesota, Dr. Michael T. Osterholm.
"Karena orang mungkin menularkan virus kepada orang lain ketika mereka merasa baik-baik saja," tambahnya.
Baca Juga: Krisis Corona, Komunitas Masjid di Sleman Bagi-Bagi Sembako Gratis
Dengan begitu, maka tes cepat untuk infeksi dianggap dapat membantu mendeteksi orang, terutama petugas kesehatan yang terinfeksi namun merasa normal.
Masker mungkin bisa membantu, tetapi para ahli terus merekomendasikan jarak sosial sebagai hal terbaik untuk menghentikan rantai penularan dalam jangka panjang.
"Inilah sebabnya meskipun saya merasa bugar dan belum pernah terpapar dari siapa pun dengan gejala apa pun, tapi saya tetap tidak akan keluar," kata Dr. Carl Bergstrom, seorang ahli dalam penyakit menular.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
- 5 Mobil Bekas di Bawah 50 Juta Muat Banyak Keluarga, Murah tapi Mewah
Pilihan
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
-
Harga Pangan Nasional Kompak Turun Usai Natal, Cabai hingga Bawang Merah Merosot Tajam
-
7 Langkah Investasi Reksa Dana untuk Kelola Gaji UMR agar Tetap Bertumbuh
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
Terkini
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek