Bagaimana Efeknya?
Selama pandemi flu 1918, penelitian ilmiah tentang penggunaan masker sebagian besar masih bersifat anekdot dan sebuah kisah tentang satu kapal laut menarik perhatian orang.
Pada awal Desember 1918, surat kabar Times di London melaporkan bahwa dokter di Amerika Serikat menyatakan influenza ditularkan melalui kontak dan akibatnya dapat dicegah.
The Times mencatat di satu rumah sakit London semua staf dan pasien telah dikeluarkan dan diperintahkan untuk terus-menerus memakai masker.
Surat kabar itu mengutip keberhasilan penggunaan masker di satu kapal.
Kapal laut yang berlayar antara Amerika Serikat dan Inggris telah menderita tingkat infeksi mengerikan yang datang dari New York. Ketika kembali ke Amerika Serikat, kapten memberikan pesanan masker untuk awak dan penumpang.
Saat sampai di daratan, tidak ada infeksi yang dilaporkan pada perjalanan kembali, meskipun tingkat infeksi sangat tinggi. Mustahil untuk mengetahui apakah aturan tentang masker dalam perjalanan kapal tersebut adalah penyebab berkurangnya infeksi.
Pada akhir Desember, kota-kota dan negara-negara di Amerika merasa cukup percaya diri untuk mengangkat masker sebagai salah satu media pencegahan virus.
Meskipun pada tahun 1918 Amerika adalah negara paling lantang dalam mengimbau penggunaan masker, pelajaran itu dilupakan satu abad berikutnya.
Baca Juga: Terpilih Jadi Wagub DKI Jakarta, Riza Patria Akan Dilantik Jokowi
Saat wabah corona menyebar, negara-negara Asia lah yang mengingat pelajaran yang dipelajari AS tentang manfaat pemakaian masker dalam memperlambat penyebaran infeksi.
Mungkin itu karena dalam tahun-tahun berikutnya Asia telah menangani wabah kolera, tipus , hingga SARS pada tahun 2003, dan flu burung baru-baru ini.
Wabah-wabah itu telah membantu mempertahankan budaya mengenakan masker. Amerika dan Eropa baru mengalami wabah besar saat Covid-19.
Jadi, tampaknya, gagasan masker sebagai tindakan pencegahan telah melompati kesadaran beberapa generasi. Virus corona mungkin akan mengubahnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 5 Rekomendasi Cushion Lokal dengan Coverage Terbaik Untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp50 Ribuan
Pilihan
-
4 HP Memori 512 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer dan Konten Kreator
-
3 Rekomendasi HP Infinix 1 Jutaan, Speknya Setara Rp3 Jutaan
-
5 HP Layar AMOLED Paling Murah, Selalu Terang di Bawah Terik Matahari mulai Rp1 Jutaan
-
Harga Emas Naik Setelah Berturut-turut Anjlok, Cek Detail Emas di Pegadaian Hari Ini
-
Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
Terkini
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat
-
Langkah Krusial Buat Semua Perempuan, Gerakan Nasional Deteksi Dini Kanker Payudara Diluncurkan
-
Dukung Ibu Bekerja, Layanan Pengasuhan Modern Hadir dengan Sentuhan Teknologi
-
Mengenalkan Logika Sejak Dini: Saat Anak Belajar Cara Berpikir ala Komputer