Suara.com - Jenis Kain Seperti Ini yang Bagus untuk Dijadikan Masker Cegah Virus Corona.
Pemerintah Indonesia telah menyarankan semua orang sehat untuk mengenakan masker kain apabila tengah bepergian ke tempat umum.
Masker kain sendiri sudah banyak diperjualbelikan bahkan beberapa orang kini bisa membuatnya sendiri dengan melihat tutorial di media sosial.
Menurut dr. Fariz Nurwidya, SpP, PhD, dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, masker kain bisa berfungsi untuk mencegah orang yang sehat terpapar virus dari mereka yang sakit tanpa gejala.
"Kalau yang sakit kan pakai masker bedah untuk menahan droplet-nya terpercik keluar," katanya kepada Suara.com melalui sambungan telepon, Selasa (7/4/2020).
Bagaimana syarat kain yang bagus untuk digunakan sebagai masker? dr Fariz mengatakan bahwa masker kain yang baik memiliki tiga lapis, ada bagian dalam dan bagian luarnya.
Idealnya, materi kain bagian dalam harus halus dan tidak bersifat iritatif, karena bagian kain tersebut yang akan kontak langsung dengan permukaan wajah.
Selain itu kain juga sebaiknya tidak bersifat alergenik atau yang dapat memicu reaksi alergi pada kulit, mudah dicuci, dan tidak mudah terurai.
Sehingga apabila nanti masker kain tersebut melalui siklus cuci-kucek-kering, serat atau serabutnya kainnya tidak mudah hancur dan tidak mengurangi kualitasnya saat digunakan.
Baca Juga: Positif Corona, Dokter Klub Ligue 1 Ini Memutuskan Bunuh Diri
Dokter Fariz juga mengingatkan agar senantiasa mencuci masker kain tiap kali selesai dipakai. Ia juga menyarankan agar kita memiliki stok masker kain pengganti agar tidak menggunakan masker kain yang sama dua hari berturut-turut.
"Karena di dalam rongga mulut kita pun ada kuman-kuman kan yang berpindah ke masker kain tersebut, kalau keesokan harinya kita pakai masker yang sama kan kumannya stay di masker nanti terhirup lagi," tutur dr. Fariz.
Kuman adalah penduduk alamiah yang normal di dalam rongga mulut. Sehingga jika dia berpindah ke media baru yang lembap, maka jelas tidak baik sifatnya dan harus segera dicuci.
Apabila terpaksa tidak mengenakan masker kain, dr. Fariz menyarankan kita untuk tetap menggunakan alternatif lain seperti buff atau bandana.
Menurutnya dr. Fariz, hal tersebut tidak masalah karena yang menjadi perbedaan hanyalah ketebalan dan sifatnya yang lebih protektif saja.
"Prinsipnya yang penting ada barrier baru yang bisa membatasi antara udara yang keluar dari rongga mulut dengan lingkungan sekitar. Tapi kalau gara-gara nggak dapat (masker kain) terus dia nggak pakai masker sama sekali ya nggak juga," katanya lagi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
Terkini
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?