Suara.com - Hari Hemofilia Sedunia jatuh pada hari ini, Jumat 17 April 2020. Hari Hemofilia Sedunia ini digagas oleh The World Federation of Hemophilia (WFH), badan dunia yang sudah berdiri sejak 1963 dan diakui resmi oleh WHO.
Hemofilia merupakan kelainan pendarahan bawaan, yang mana darah tidak membeku dengan baik. Kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan spontan dan perdarahan setelah cedera atau operasi.
Orang dengan hemofilia memiliki kadar faktor VIII (8) atau faktor IX (9) yang rendah. Tingkat keparahan hemofilia pada seseorang pun ditentukan oleh jumlah faktor dalam darah.
Bila semakin rendah jumlah faktor, maka semakin besar kemungkinan terjadinya perdarahan yang menyebabkan masalah kesehatan serius.
Dalam kasus yang jarang terjadi dilansir oleh CDC, seseorang dapat mengembangkan hemofilia di kemudian hari. Sebagian besar kasus, hemofilia menyerang orang setengah baya atau usia lanjut dan wanita muda yang baru melahirkan atau tahap akhir kehamilan.
Ada beberapa jenis hemofilia, tetapi dua jenis berikut ini adalah yang paling umum.
1. Hemofilia A (Hemofilia Klasik)
Jenis ini disebabkan oleh kurangnya atau penurunan faktor pembekuan VIII.
2. Hemofilia B (Penyakit Natal)
Jenis ini disebabkan oleh kurangnya atau penurunan faktor pembekuan IX.
Penyebab hemofilia
Saat berdarah, tubuh biasanya akan menyatukan sel-sel darah lalu membentuk gumpalan untuk menghentikan pendarahan. Proses pembekuan ini didorong oleh partikel darah tertentu.
Baca Juga: INFOGRAFIS: Cara Jaga Balita dan Anak dari Virus Corona Saat Di Rumah
Kemudian dilansir oleh mayoclinic.org, hemofilia akan terjadi ketika Anda memiliki kekurangan dalam salah satu faktor pembekuan ini.
Ada beberapa jenis hemofilia yang merupakan riwayat genetik. Namun, sekitar 30 persen orang dengan hemofilia tidak memiliki riwayat genetik dalam keluarga. Pada orang-orang inilah perubahan tak terduga bisa terjadi pada salah satu gen yang terkait dengan hemofilia.
Sedangkan, hemofilia yang berasal dari kondisi langka terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang faktor pembelkuan dalam darah.
Kondisi tersebut biasanya dikaitkan dengan kehamilan, autoimun, kanker dan sklerosis multipel.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Bedak Viva Terbaik untuk Tutupi Flek Hitam, Harga Mulai Rp20 Ribuan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- Mulai Hari Ini! Sembako dan Minyak Goreng Diskon hingga 25 Persen di Super Indo
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Sekelas Brio untuk Keluarga Kecil
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
Pilihan
-
Prediksi Timnas Indonesia U-17 vs Zambia: Garuda Muda Bidik 3 Poin Perdana
-
Harga Emas Hari Ini di Pegadaian Kompak Stagnan, Tapi Antam Masih Belum Tersedia
-
Jokowi Takziah Wafatnya PB XIII, Ungkap Pesan Ini untuk Keluarga
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
Terkini
-
Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
-
Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat