Suara.com - Pembekuan darah menjadi salah satu komplikasi yang mengancam nyawa pasien Covid-19. Sayangnya, para dokter masih tidak yakin tentang cara mengatasinya.
Melansir dari Business Insider, Dr. Alex Spyropoulos ahli pembekuan darah di Northwell Health di New York masih mempertimbangkan tentang memberikan terapi heparin untuk mencairkan darah pada pasien Covid-19.
Para dokter mulai mempelajari bahwa penyakit pernapasan tampaknya berdampak lebih dari sekadar paru-paru, terutama dalam kasus yang parah. Dokter telah melaporkan masalah ginjal, masalah jantung, dan baru-baru ini, masalah pembekuan darah muncul di berbagai bagian tubuh.
Biasanya, dokter seperti Spyropoulos lebih suka mengandalkan hasil dari uji klinis yang kuat untuk mengetahui apakah perawatan itu efektif. Tetapi karena virus ini sangat baru, percobaan baru saja dimulai, dengan hasil yang diharapkan dalam beberapa bulan mendatang.
"Kami meneliti secara membabi buta berdasarkan apa yang kami sebut data yang sangat lemah tapi sangat meyakinkan," kata Spyropoulos.
Dengan tidak adanya bukti ilmiah yang kuat, dokter masih memperdebatkan cara terbaik untuk mengobati kondisi tersebut. Beberapa penelitian sedang meneliti apakah obat penghilang gumpalan darah bisa digunakan sebagai metode pengobatan.
"Insiden pembekuan darah memang cukup tinggi di awal wabah, dokter di AS mendengar dari rekan-rekannya di China tentang efek virus pada jantung," kata Dr. Thomas Maddox ketua komite ilmu pengetahuan dan kualitas dari American College of Cardiology.
"Dengan Covid-19, dokter juga melihat pembekuan darah terjadi di paru-paru dan tubuh pasien yang menggunakan ventilator," kata Dr. Greg Martin, seorang profesor perawatan kritis paru-paru di Universitas Emory.
Gumpalan darah atau pembekuan darah dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh, penyumbatan pembuluh darah, menyebabkan stroke, serangan jantung, masalah ginjal, masalah paru-paru, dan lain sebagainya.
Baca Juga: IHSG Hari Ini Diprediksi Bergerak Menguat di Zona Hijau
Virus lain juga meningkatkan risiko pembekuan. Tetapi para dokter memiliki firasat bahwa virus mungkin memainkan peran dalam meningkatkan risiko pembekuan darah.
"Ini bukan pertama kalinya," kata Spyropoulos.
Dokter mencatat peningkatan risiko pembekuan darah pada pasien dengan H1N1 atau flu babi, serta dalam wabah SARS (disebabkan virus corona).
"Dengan virus corona baru (penyebab Covid-19), lebih banyak gumpalan yang tampaknya berasal dari paru-paru," kata Spyropoulos.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
Terkini
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa
-
Obat Autoimun Berbasis Plasma Tersedia di Indonesia, Hasil Kerjasama dengan Korsel
-
Produksi Makanan Siap Santap, Solusi Pangan Bernutrisi saat Darurat Bencana
-
Indonesia Kian Serius Garap Medical Tourism Premium Lewat Layanan Kesehatan Terintegrasi
-
Fokus Mental dan Medis: Rahasia Sukses Program Hamil Pasangan Indonesia di Tahun 2026!
-
Tantangan Kompleks Bedah Bahu, RS Ini Hadirkan Pakar Dunia untuk Beri Solusi
-
Pola Hidup Sehat Dimulai dari Sarapan: Mengapa DIANESIA Baik untuk Gula Darah?
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat