Suara.com - Relawan Ungkap Efek Samping dari Uji Coba Vaksin Covid-19 di Oxford
Peneliti di Oxford University baru-baru ini telah menguji kandidat vaksin virus corona atau Covid-19 pada manusia.
Namun, seorang pria Inggris yang ikut dalam uji coba itu mengungkapkan potensi efek samping dari suntikan itu termasuk demam sebagai yang paling buruk.
Simeon Courtie, seorang penulis dan mantan presenter TV anak-anak, mengambil bagian dalam uji coba yang dijalankan oleh Jenner Institute dan Oxford Vaccine Group dari University of Oxford. Demikian seperti dilansir dari Newsweek, Jumat (24/2/2020).
Mulai Jumat, fase satu uji coba akan menguji apakah vaksin tersebut aman digunakan pada sukarelawan sehat, dan memungkinkan peneliti untuk melihat apakah vaksin itu menghasilkan respons kekebalan. Ada 500 orang yang ambil bagian dalam ujia coba ini.
Courtie mengatakan dia diberitahu bahwa efek sampingnya mungkin "sesuatu seperti flu." Karena setiap orang bereaksi secara berbeda, tingkat keparahan akan bervariasi.
"Saya pikir paling buruk mungkin demam selama beberapa hari dan beberapa nyeri dan sakit. Seharusnya tidak terlalu mengganggu hidup saya."
Courtie telah datang ke Jenner Institute di Oxford untuk pemutaran film, dan akan menerima dosis pertamanya Rabu depan, katanya.
Ohid Yaqub, dosen senior di Unit Penelitian Kebijakan Sains di Universitas Sussex yang tidak mengerjakan penelitian ini, mengatakan dalam sebuah pernyataan, vaksin yang mereka uji adalah bagian kecil dari virus COVID, yang dikemas dalam vektor pengiriman.
Baca Juga: Apakah Masturbasi Membatalkan Puasa? Ini Hukum Masturbasi saat Bulan Puasa
Ia melanjutkan bahwa tak satu pun vakasin itu apat menyebabkan penyakit tetapi mungkin berhasil memicu respons kekebalan.
"Uji coba sebagian besar akan mencari masalah atau reaksi merugikan yang parah. Kemungkinan besar tidak akan ada, jadi uji coba ini juga dirancang untuk memungkinkan kita belajar sedikit tentang kemanjuran pada saat yang sama," kata dia.
Saat ini tidak ada vaksin atau pengobatan khusus untuk COVID-19, yang telah membunuh lebih dari 184.000 orang, menurut Universitas Johns Hopkins. Lebih dari 2,6 juta orang telah didiagnosis dengan COVID-19, dan setidaknya 721.531 telah pulih.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Asam Urat Bisa Datang Diam-Diam, Ini Manfaat Susu Kambing Etawa untuk Pencegahan
-
Kesehatan Gigi Keluarga, Investasi Kecil dengan Dampak Besar
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan