Suara.com - Ribuan dokter khawatir jika pandemi corona dapat menunda janji vaksinasi rutin. Sebab melewatkan atau menunda vaksin dikhawatirkan akan meningkatkan risiko wabah penyakit lain. Hal ini bisa berpotensi fatal ketika kebijakan lockdown akhirnya direnggangkan.
Dilansir dari The Guardian, dokter dan departemen kecelakaan serta gawat darurat telah menyaksikan penurunan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam jumlah orang yang mencari perawatan medis pada beberapa minggu terakhir.
Ini mendorong kekhawatiran bahwa imunisasi rutin yang vital untuk infeksi seperti campak, gondong, rubella, tetanus dan batuk rejan turun di pinggir jalan.
"Kami sangat peduli. Belum ada data karena kami hanya terkunci selama sebulan, tetapi ada banyak anekdot dari perawat praktik dan yang lain mengatakan mereka telah melihat penurunan penyerapan vaksin," kata Helen Bedford, seorang profesor kesehatan anak-anak di UCL Institut Kesehatan Anak Great Ormond Street dan anggota komite promosi kesehatan Royal College of Paediatrics dan Kesehatan Anak.
Kekhawatiran serupa telah terjadi di Amerika Serikat, di mana catatan kesehatan yang dirilis minggu ini menunjukkan tembakan MMR (gondok, campak dan rubela) turun 50 persen pada minggu 5 April, dengan imunisasi batuk difteri dan batuk rejan turun 42 persen.
"Kami khawatir ini akan berdampak besar pada imunisasi di sini dan juga pada pemeriksaan kesehatan rutin yang dimiliki bayi baru, karena orang takut untuk pergi ke praktik umum mereka atau takut praktik umum tidak terbuka untuk bisnis, dan jelas sekali, ”kata Bedford.
Pada pertengahan Maret, banyak praktik dokter umum menutup pintu mereka dan beralih ke konsultasi telepon dengan hanya sejumlah kecil pasien yang menerima pemeriksaan tatap muka.
Sejak itu, dokter melaporkan lebih sedikit orang yang datang dengan masalah kesehatan rutin dan bahkan masalah serius, seperti gejala kanker dan diabetes yang tidak terkontrol serta penyakit jantung.
"Imunisasi dan imunisasi anak untuk orang tua yang rentan dan orang-orang dengan berbagai masalah kesehatan merupakan prioritas mutlak bagi kami," kata Prof Martin Marshall, ketua Royal College of General Practitioners.
Baca Juga: Stres karena Lockdown, Pria Asal Inggris Lempar Istri dari Lantai Tujuh
"Anak-anak dapat menjadi sangat sakit dan meninggal karena komplikasi penyakit umum seperti campak yang belum hilang. Dan imunisasi adalah bagian yang secara fundamental penting untuk mencegah hal itu terjadi. Kami tidak dapat membiarkan penundaan imunisasi berlangsung lama, jika tidak kami akan benar-benar melihat krisis," tambahnya.
Dalam sebuah surat kepada The Guardian , Marshall memperingatkan bahwa itu "penting" bagi orang tua untuk mendapatkan anak mereka diimunisasi selama epidemi Covid-19 dan bahwa penurunan vaksinasi berisiko wabah batuk rejan, campak, gondok dan rubela di masa depan.
Dokter sangat khawatir tentang anak-anak yang melewatkan vaksinasi campak. Campak kira-kira enam kali lebih menular daripada Covid-19 dan dapat berakibat fatal pada beberapa kasus. Tahun lalu, Inggris kehilangan status bebas campak karena penurunan imunisasi MMR, yang berarti bahwa beberapa bagian negara, seperti London, sudah berisiko tinggi wabah.
"Vaksin diharapkan akan menaklukkan Covid-19 dan pada akhirnya menyelamatkan nyawa," tambah Marshall. "Akan menjadi tragis jika konsekuensi dari pandemi ini adalah kita melihat berjangkitnya penyakit mematikan lainnya yang sudah ada vaksinnya."
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis