Suara.com - Ingin menghilangkan lemak di perut tanpa olahraga? Penelitian menyebut meditasi jenis tertentu bisa membantu loh!
Salah satu cara untuk mengurangi lemak perut adalah menghilangkan lemak visceral. Stres dikaitkan dengan lemal visceral sehingga meditasi dianggap efektif mengatasi kedua lemak tersebut.
Dilansir dari Express, lemak visceral adalah jenis lemak yang terakumulasi di dekat organ-organ vital dalam tubuh, seperti hati dan usus. Posisi lemak visceral membuatnya lebih cenderung mengganggu proses tubuh yang vital hingga meningkatkan risiko komplikasi yang mengancam jiwa seperti penyakit jantung.
Oleh karena itu sangat penting mengontrol lemak perut untuk menjalani hidup yang panjang dan sehat. Anda juga perlumengidentifikasi pemicu lemak visceral untuk meluncurkan serangan paling efektif terhadapnya.
Salah satu penyebab lemak perut yang kurang diketahui tetapi signifikan adalah stres.
Penelitian yang menyelidiki kaitan itu telah menemukan bahwa stres merangsang kelenjar adrenalin tubuh untuk menghasilkan lebih banyak kortisol atau hormon stres.
Penelitian telah menunjukkan bahwa kelebihan kortisol dapat meningkatkan penyimpanan lemak visceral.
Tim peneliti dari Universitas California meneliti tentang apakah mengurangi stres melalui meditasi atau mindfulness benar-benar dapat menyebabkan hilangnya lemak perut tanpa perubahan berat badan secara keseluruhan.
Diterbitkan di Journal of Obesity, penelitian ini mengambil kelompok kecil yang terdiri dari 47 perempuan yang kelebihan berat badan atau obesitas. Penelitian memberikan serangkaian pelajaran tentang teknik meditasi mindfulness pada sebagian subyek penelitian.
Baca Juga: Kepala PPATK Baru: Masalah Jiwasraya Butuh Perhatian
Sesi-sesi ini termasuk pelatihan tentang memperhatikan rasa lapar, mengidam makanan, mengidentifikasi pemicu makan emosional, sadar akan emosi negatif, serta nasihat tentang penerimaan diri, dan memaafkan orang lain.
Meditasi ditawarkan untuk memperkenalkan kebiasaan makan baru yang penuh perhatian, seperti memperhatikan selera dan makan lebih lambat dari biasanya.
Kelompok studi dipantau selama sembilan setengah jam di mana mereka didorong untuk mempraktikkan meditasi baru dan keterampilan makan yang penuh perhatian.
Mereka juga didorong untuk menggunakan keterampilan mindful di rumah selama 30 menit sehari, enam hari dalam seminggu, serta sebelum dan selama makan.
Pada akhir periode penelitian, semua peserta diukur distribusi lemak perut dan kadar kortisol darahnya.
Kadar kortisol darah lebih rendah pada kelompok dengan relaksasi secara keseluruhan bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapatkan relaksasi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 5 Pilihan HP Snapdragon Murah RAM Besar, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia