Suara.com - Kesaksian Pasien Covid-19 Berhasil Sembuh Jalani Terapi Plasma Darah
Perjuangan Gene Bad Hawk melawan Covid-19 dimulai sejak ia sakit kepala dan mengalami demam. Selama 20 hari setelahnya sejak didiagnosis, ia hanya beristirahat di ruang isolasi dan tempat tidur rumah sakit.
Hingga kemudian ia pergi ke rumah sakit untuk keempat kalinya, pada 5 Mei ia kemudian memanggil teman-teman dan kerabatnya untuk mendoakannya.
"Saya pikir saya akan mati," katanya pada Selasa (19/5/2020), mengutip Inforum.
Demam dan sakit kepalanya tidak kunjung membaik. Bahkan dia mengalami mual diare dan hilangnya nafsu makan, Seringkali ia muntah karena meminum air, sehingga ia mengalami dehidrasi dan kehilangan nafsu untuk makan. Berat badannya turun hingga 13 kg.
Saat dirawat di rumah sakit untuk keempat kalinya, gejala yang dialaminya mulai memburuk. Ia bahkan mengalami sesak nafas dan kadar oksigen dalam darahnya sangat rendah.
"Aku tidak bisa mengatur napas," kata laki-laki berusia 57 tahun itu saat diberikan oksigen, namun tidak dengan ventilator.
Melihat kondisinya, dokter yang merawat Bad Hawk di Essentia Health menyertakannya untuk uji coba dalam penelitian, di mana plasma darah dari pasien yang sudah sembuh dari Covid-19 dimasukkan ke dalam tubuh Bad Hawk.
Plasma darah diberikan bersamaan dengan infus, bersama dengan antibiotik untuk melawan infeksi. Di sisi lain, Bad Hawk merasa sedih, tapi ia juga berharap.
Baca Juga: Juli, Jepang Akan Uji Coba Pengobatan Covid-19 dengan Plasma Darah
Pagi berikutnya ia merasa sedikit lebih baik. Menjelang tutup hari, ia merasa cukup baik untuk menyantap makanan pertamanya dalam 10 hari.
Setelah merasa cukup baik, Bad Hawk akhirnya berhasil keluar rumah sakit pada 8 Mei. Sebelas hari kemudian, ia merasa dirinya sudah pulih seutuhnya.
"Aku merasa tidak memiliki gejala," akunya setelah berhasil bersepeda sejauh enam mil.
Sementara itu, setelah 14 hari sembuh dari Covid-19 melalui pengetesan tes PCR, dan tidak lagi menularkan pada orang lain, ia dinyatakan memenuhi syarat untuk menyumbangkan plasma darah. Hal itu juga yang rencananya bakal Bad Hawk lakukan.
"Saya percaya Tuhan mengetuk hati para dokter untuk memberikan plasma darah, karena tidak banyak orang yang menerima plasma darah," katanya.
Sedangkan Dr. Karol Kremens, Direktur Unit Perawatan Intenaif Essentia Health yang juga ahli paru, mengatakan bahwa plasma darah untuk pasien Covid-19 adalah pengobatan eksperimental, yang hanya diberikan kepada pasien rumah sakit dengan kadar oksigen rendah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
-
Menkeu Purbaya 'Semprot' Bobby Nasution Cs Usai Protes TKD Dipotong: Perbaiki Dulu Kinerja Belanja!
-
Para Gubernur Tolak Mentah-mentah Rencana Pemotongan TKD Menkeu Purbaya
-
Daftar Harga HP Xiaomi Terbaru Oktober 2025: Flagship Mewah hingga Murah Meriah
Terkini
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030