Suara.com - Opor ayam adalah makanan yang paling khas di Hari Raya Idul Fitri. Sayangnya, banyak orang berusaha menghindari makanan bersantan ini karena takut kolesterol naik.
Karena itu, banyak orang mengolah daging ayam dengan cara berbeda. Padahal tidak hanya santan yang memengaruhi kolesterol naik, tetapi juga daging ayam.
Selama ini banyak orang memahami bahwa daging unggas lebih baik dari daging merah, terutama kaitannya dengan kadar kolesterol dalam darah.
Nyatanya, daging merah maupun daging ayam memiliki efek yang sama pada kadar kolesterol dalam tubuh. Studi oleh American Journal of Clinical Nutrition dilansir oleh NBC News, menemukan konsumsi daging merah dan unggas bisa meningkatkan kadar kolesterol bila dibandingkan dengan protein nabati.
Sebab, kadar kolesterol yang tinggi berkaitan dengan banyaknya lemak jenuh dalam makanan, bukan sumber proteinnya.
"Ketika berbicara soal kolesterol, lemak jenuh memang lebih banyak ditemukan pada daging merah daripada daging unggas," kata Elizabeth Kitchin, asisten profesor ilmu gizi di University of Alabama di Birmingham.
Namun, tak disangka kalau daging ayam juga memiliki efek yang sama besarnya pada kolestero, sama seperti daging merah.
"Saya terkejut bahwa efek daging ayam pada kadar kolesterol sama besarnya dengan daging merah," kata Dr Ronald Krauss, direktur penelitian aterosklerosis di Children's Hospital, Oakland Research Institute.
Dalam studi tersebut, peneliti melibatkan 113 orang dewasa yang diminta menjalani 3 pola diet selama 3 bulan, yakni pola diet kaya daging sapi tanpa lemak, daging ayam tanpa lemak dan protein nabati.
Baca Juga: CDC: 35% Kasus Virus Corona Covid-19 Tidak Bergejala di Amerika Serikat
Setiap bulannya, peserta diminta menjalani pola diet yang berbeda. Sehingga semua peserta merasakan ketiga pola diet yang disarankan oleh peneliti.
Namun, setengah peserta menjalani pola diet yang terlepas dari sumber protein dan tinggi lemak jenuh. Separuh lainnya mengonsumsi makanan rendah lemak jenuh.
Setiap bulannya, peneliti selalu mengukur kadar kolesterol LDL atau kadar kolesterol jahat pada setiap peserta.
Hasilnya, kadar kolesterol yang tinggi berasal dari protein hewani, baik dari daging unggas maupun daging merah.
Para peneliti mengatakan bahwa temuan ini mungkin tidak berpengaruh pada orang yang tidak berisiko tinggi terkena penyakit jantung.
Tapi, peneliti menyarankan orang-orang yang ingin menurunkan kadar kolesterol LDL untuk menghindari daging unggas maupun daging merah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Perawatan Mata Modern di Tengah Maraknya Gangguan Penglihatan
-
Terungkap! Ini Rahasia Otak Tetap Prima, Meski di Usia Lanjut
-
Biar Anak Tumbuh Sehat dan Kuat, Imunisasi Dasar Jangan Terlewat
-
Susu Kambing Etawanesia Bisa Cegah Asam Urat, Ini Kata dr Adrian di Podcast Raditya Dika
-
Toko Roti Online Bohong Soal 'Gluten Free'? Ahli Gizi: Bisa Ancam Nyawa!
-
9.351 Orang Dilatih untuk Selamatkan Nyawa Pasien Jantung, Pecahkan Rekor MURI
-
Edukasi PHBS: Langkah Kecil di Sekolah, Dampak Besar untuk Kesehatan Anak
-
BPA pada Galon Guna Ulang Bahaya bagi Balita, Ini yang Patut Diwaspadai Orangtua
-
Langsung Pasang KB Setelah Menikah, Bisa Bikin Susah Hamil? Ini Kata Dokter
-
Dana Desa Selamatkan Generasi? Kisah Sukses Keluarga SIGAP Atasi Stunting di Daerah