Suara.com - Penerapan 'new normal' di sekolah mungkin akan membuat anak-anak berisiko mengalami kecemasan dan mimpi buruk.
Anak-anak yang akan masuk sekolah di bawa aturan 'new normal' mungkin harus menjalani pemeriksaan suhu, tidak dianjurkan komunikasi berdekatan dengan temannya dan menjaga jarak dengan temannya di kelas. Kondisi yang berbeda di sekolah itulah yang bisa membuat mereka ketakutan dan kesal.
Prof Colin Diamond, seorang pakar kepemimpinan pendidikan di Universitas Birmingham, mengatakan bahwa aturan baru di ruang kelas akan terasa aneh bagi anak-anak. Tetapi, guru bisa membantu anak-anak terbiasa dengan semua perubahan ini.
Staf di Federasi Harris, lembaga multi-akademi yang mengelola 22 pemilihan pendahuluan di dan sekitar London, menjelaskan rencana untuk memeriksa suhu tubuh anak-anak ketika mereka tidak di sekolah. Lalu anak-anak yang suhu tubuhnya di atas 38 derajat celcius akan dipulangkan.
"Jika rencana ini tidak dikomunikasi dengan benar, pasti ada risiko anak-anak mengalami kecamasan dan mimpi buruk mengenai kehidupan baru ini," kata Prof Diamond dikutip dari The Daily Telegraph.
Menurut Diamond, kondisi ini memang terdengar menakutkan. Tapi, guru bisa membantu anak-anak memahami kehidupan sekolah dengan aturan baru. Supaya mereka tidak cemas dan takut dengan kondisi baru.
"Bagi saya, ini menggambarkan absurditas mencoba memperkenalkan rezim yang aman dengan menjaga jarak sosial. Anak-anak juga tentu butuh mainan yang nyaman," katanya.
Awal minggu ini, Pemerintah London berencana untuk membuka kembali sekolah dasar selama 1 bulan sebelum liburan musim panas.
Tetapi, Anne Longfield, Komisaris Anak untuk Inggris mengatakan bahwa pemerintah perlu memastikan keamanan anak-anak ketika kembali ke sekolah.
Baca Juga: India Pakai Obat Herbal untuk Atasi Virus Corona Covid-19, Ini Kata Ahli!
Leigh Middleton, kepala eksekutif Badan Pemuda Nasional (NYA), menambahkan bahwa para menteri harus berkonsentrasi pada anak-anak yang paling rentan ketika kembali ke sekolah.
Sebuah studi terpisah oleh Education Endowment Foundation menemukan bahwa penutupan sekolah selama pandemi juga akan membalikkan satu dekade kemajuan dalam menutup kesenjangan pencapaian antara murid kaya dan miskin. Kondisi ini bisa menyebabkan pelebaran sebanyak 36 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Uang Jemaah Disita KPK, Khalid Basalamah Terseret Pusaran Korupsi Haji: Masih Ada di Ustaz Khalid
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 24 September 2025: Kesempatan Dapat Packs, Coin, dan Player OVR 111
- Kapan Awal Puasa Ramadan dan Idul Fitri 2026? Simak Jadwalnya
- Tanah Rakyat Dijual? GNP Yogyakarta Geruduk DPRD DIY, Ungkap Bahaya Prolegnas UUPA
Pilihan
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
-
Akankah Dolar AS Tembus Rp17.000?
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis