Suara.com - Dalam menghadapi pandemi, apalagi memasuki New Normal akan meningkatkan kemungkinan untuk bertemu orang lain. Oleh karena itu, untuk menjaga pandemi tetap terkendali dalam fase normal baru, Oxford telah membagikan tiga skenario efektif untuk menjaga diri.
Dilansir dari Metro, strategi pertama adalah membatasi bergaul dengan orang-orang di lingkungan Anda seperti tetangga dekat. Dalam hal ini, berinteraksi boleh namun tetap membatasi untuk tidak terlalu sering atau terlalu lama.
Kedua, menjaga jarak atau membatasi kontak dekat terlalu sering dengan orang-orang yang biasa Anda temui, seperti keluarga, sahabat, hingga rekan kerja.
Sementara strategi yang ketiga, membuat bubble society dengan orang terdekat atau tetangga dekat. Dalam hal ini, Anda bisa membuat hubungan dekat hanya pada segelintir orang namun pastikan orang yang berhubungan dekat dengan Anda juga tidak memiliki bubble society lain.
Mereka yang berada dalam kelompok Anda tidak perlu menjaga jarak, tetapi masih perlu menjaga jarak dari yang mereka temui dalam keadaan lain, seperti orang asing di supermarket atau di jalan.
Ketiga strategi ditemukan efektif dalam menjaga agar virus corona tetap terkendali dan hasilnya telah dipelajari oleh tim Universitas Oxford.
Peneliti dalam penelitian ini, Dr. Per Block percaya bahwa dua strategi mungkin dapat digabungkan, meskipun jumlah interaksi perlu dikurangi untuk menjaga kesehatan masyarakat.
"Sementara ketiga strategi ini tampaknya berhasil, cara terbaik untuk menghentikan penyebaran Covid-19 adalah tetap di rumah," kata dokter Block.
"Sekarang jika kita akan membuka masyarakat sepenuhnya, dalam hal tingkat penularan akan menjadi bencana. Jadi apa yang kami coba lakukan adalah menjaga kontak kita seminimal mungkin, tetapi juga mencoba untuk pintar tentang dengan siapa kita bertemu dan menyusun interaksi secara strategis," tambahnya.
Baca Juga: Profil Dokter Reisa Broto Asmoro, yang Baru Ditunjuk sebagai Jubir Covid-19
“Jika pemerintah memang memutuskan untuk memperkenalkan bubble society, itu akan mengikuti jejak negara-negara Eropa lainnya yakni Belgia dan Selandia Baru yang keduanya telah memperkenalkan strategi ini pada bulan Mei," ungkapnya.
Dilansir dari ABC News, Selandia Baru tidak memiliki lagi kasus aktif Covid-19 setelah pasien terakhir berhasil pulih dan dipulangkan dari tempat isolasi pada Senin (8/6).
Berita Terkait
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
Terkini
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya