Suara.com - Anak-anak usia dini tak jarang telah diajarkan bahasa asing oleh orangtuanya. Entah karena memiliki orangtua yang berbeda bangsa atau kesengajaan mengajarkan anak lebih dari satu bahasa atau bilingual.
Tetapi sebelum mengajarkan bahasa, orangtua harus memperhatikan kemampuan berbicara pada anak. Anak-anak secara umum baru bisa bicara secara jelas dan menyebutkan beberapa kata pada usia dua tahun.
Dokter spesialis anak prof. DR. Dr. Rini Sekartoni, SpA (K) mengatakan, sebelum usia dua tahun anak sebaiknya cukup diajarkan satu bahasa yang kemudian menjadi bahasa ibu.
"Secara teori sebenarnya mengajarkan bilingual bisa dilakukan setelah usia dua tahun dengan catatan dia sudah memiliki kemampuan salah satu bahasa ibu. Jadi dari lahir memang hanya stimulasi satu bahasa. Setelah dua tahun baru boleh lebih dari satu bahasa," kata Rini dalam Webinar perayaan IDAI yang ditayangkan di kanal YouTube Primaku Channel, Senin (8/6/2020).
Menurut Rini, tidak semua anak mampu distimulasi dengan lebih dari satu bahasa sebelum usia dua tahun.
Jika, orangtua berbeda bangsa atau menggunakan lebih dari satu bahasa, maka harus memantau proses stimulasi anak sejak awal.
Caranya, kata Rini, sejak anak usia tiga bulan, orangtua bisa mengetes dengan cara melihat respon anak.
"Jangan pantaunya setelah usia dua tahun, ya sudah terlambat. Nanti tiga bulan dicek anaknya ngerti gak kalau orangtua bicara bahasa indonesia ngerti gak. Responnya kan belum bersuara, baru menoleh," jelasnya.
Menurut Rini, bahasa ibu tidak harus selalu bahasa indonesia. Jika anak terlanjur diajarkan dua bahasa sebelum usia dua tahun atau harus tinggal di luar negeri.
Baca Juga: Bukan Hanya Keren, Jago Bahasa Asing Juga Bisa Jadi Modal Aktualisasi Diri
"Kalau hanya merespon dalam bahasa inggris ya berarti harus pakai bahasa inggris. Jadi harus dinilai satu per satu. Kalau dia tinggal di luar begeri harus dipilih bahasa ibu yang mana," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional