Suara.com - Penerapan protokol kesehatan dengan selalu menggunakan masker saat keluar rumah disebut bisa mencegah terjadinya gelombang kedua virus Corona Covid-19.
Studi dari Inggris yang dipimpin oleh para ilmuwan di Universitas Cambridge dan Greenwich di Inggris, menunjukkan bahwa karantina wilayah saja tidak akan menghentikan munculnya kasus Covid-19 yang baru.
Bahkan, penggunaan masker buatan sendiri dapat mengurangi tingkat penularan secara signifikan jika cukup banyak orang memakainya di tempat umum, menurut penelitian tersebut.
"Analisis kami mendukung penggunaan masker secara luas oleh publik," ujar Richard Stutt, yang ikut memimpin penelitian di Cambridge, dilansir ANTARA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan luas masker, yang dikombinasikan dengan pembatasan jarak fisik dan beberapa tindakan karantina wilayah, bisa menjadi cara yang dapat diterima untuk mengelola pandemi dan membuka kembali kegiatan ekonomi sebelum pengembangan dan ketersediaan vaksin yang efektif terhadap Covid-19.
Temuan itu diterbitkan dalam jurnal ilmiah Proceedings of the Royal Society A.
Organisasi Kesehatan Dunia memperbarui pedomannya pada Jumat (5/6) untuk merekomendasikan bahwa pemerintah harus meminta semua orang untuk memakai masker di tempat umum demi mengurangi penyebaran penyakit.
Dalam studi tersebut, para peneliti mengaitkan dinamika penyebaran antara orang-orang dengan model tingkat populasi untuk menilai efek pada tingkat reproduksi penyakit, atau nilai R, dari berbagai skenario penggunaan masker yang dikombinasikan dengan periode penguncian.
Nilai R mengukur jumlah rata-rata orang yang akan ditularkan oleh satu orang yang terinfeksi penyakit. Nilai R di atas 1 dapat menyebabkan pertumbuhan eksponensial.
Baca Juga: Wagub DKI: Masyarakat yang Tidak Pakai Masker Harus Dipermalukan
Studi itu menemukan bahwa jika orang memakai masker setiap kali mereka berada di depan umum, langkah itu dua kali lebih efektif dalam mengurangi nilai R daripada jika masker hanya dipakai setelah gejala muncul.
Dalam semua skenario yang diteliti, penggunaan masker secara rutin oleh 50 persen atau lebih dari populasi telah mengurangi penyebaran COVID-19 menjadi R kurang dari 1,0, meratakan gelombang penyakit pada masa depan dan memungkinkan penguncian tidak diberlakukan terlalu ketat.
"Kita tidak terlalu rugi dalam penggunaan masker secara luas, tetapi keuntungannya bisa signifikan," kata Renata Retkute, yang ikut memimpin penelitian ini. [ANTARA]
Berita Terkait
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Uang Jemaah Disita KPK, Khalid Basalamah Terseret Pusaran Korupsi Haji: Masih Ada di Ustaz Khalid
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 24 September 2025: Kesempatan Dapat Packs, Coin, dan Player OVR 111
- Apa Kabar Janji 50 Juta Per RT di Malang ?
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
-
Dukungan Dua Periode Prabowo-Gibran Jadi Sorotan, Ini Respon Jokowi
-
Menkeu Purbaya Putuskan Cukai Rokok 2026 Tidak Naik: Tadinya Saya Mau Turunin!
Terkini
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis