Suara.com - Pasien Covid-19 yang sudah sembuh masih membutuhkan perhatian lebih ketika kembali ke rumahnya. Karena, mereka mungkin mengalami beberapa efek dari infeksi virus corona Covid-19.
Perhatian khusus ini diharapkan bisa mengantisipasi membludaknya jumlah pasien yang butuh rehabilitasi, terutama pasien yang sempat menjalani perawatan intensif di ICU.
Pasien yang sembuh dari virus corona Covid-19 mungkin membutuhkan waktu pemulihan yang lambat. Mereka mungkin mengalami kehilangan keterampilannya, mulai dari berjalan, berpikir dan berbicara.
Karena, virus corona ini bisa menyebabkan kerusakan berkepanjangan pada tubuh. Contohnya, demam kelenjar yang membutuhkan waktu 12 bulan untuk pasien normal kembali.
Dalam British Medical Journal, Jacqui Thorton pun sempat mempertanyakan perihal rehabilitasi fisik, mental dan psikologis yang mungkin dibutuhkan pasien virus corona setelah keluar dari ICU.
Tempat rehabilitasi setelah seseorang mengalami serangan jantung, trauma atau stroke sudah tersedia. Tapi, tempat rehabilitasi ini mungkin tidak tersedia untuk ribuan orang sekaligus.
Meskipun mereka mengalami gangguan tidur, kelelahan yang melemahkan, masalah memori, kecemasan, depresi dan pasca gangguan stres traumatis.
Mantan pasien ICU ini mungkin adalah orang-orang yang paling sakit. Tetapi, begitu mereka sembuh mungkin kurang mendapat dukungan atau perhatian dalam proses pemulihannya.
Bukti dari China menunjukkan bahwa pasien Covid-19 memiliki efek neurologis dan pernapasan, sehingga pemulihan akan lebih lama dan lebih kompleks.
Baca Juga: Ada Penyebaran Tanpa Gejala dan Pra-Gejala pada Virus Corona, Apa Bedanya?
Lalu, hampir setengah dari pasien akan memerlukan beberapa bentuk bantuan medis atau sosial tingkat rendah selama masa pemulihan. Sebanyak 4 persen jugaakan membutuhkan rehabilitasi intensif yang berkelanjutan.
"kami membutuhkan semua tingkat layanan yang berbeda dan kami membutuhkan mereka (pasien sembuh dari Covid-19) bergabung," kata Lynne Turner-Stokes, konsultan kedokteran rehabilitasi dikutip dari Mirror.
Mereka mungkin membutuhkan waktu untuk melupakan pengalaman menyakitkan ketika menjalani perawatan di ICU dengan bantuan ventilator, sedasi, dialisis untuk gagal ginjal dan infus.
Monitor yang terus berbunyi selama pasien menjalani perawatan medis mungkin juga menyebabkan derelium pada pasien Covid-19 hingga mereka menderita halusinasi mengerikan.
Karena itu, pasien Covid-9 yang sudah sembuh tetap membutuhkan dukungan sosial dan medis untuk pulih total. Meskipun bangsal rehabilitasi mungkin bukan satu-satunya tempat untuk mengatasi hal tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental