Suara.com - Perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh kondisi pandemi Covid-19 - perintah tinggal di rumah, keharusan menjarak sosial - yang terjadi tiba-tiba dan intens, telah menguras emosi manusia. Jika dibiarkan dan tak diatasi, bukan tak mungkin hal ini memicu brain fog, kondisi linglung, cepat lupa, dan sulit berkonsentrasi.
Ketika manusia merasa terisolasi, cemas, dan tidak yakin tentang masa depan, kemampuan otak dapat melambat dan ketajamannya berkurang. Adalah hal yang wajar jika Anda mungkin lupa beberapa kosa kata, atau harus berpikir keras untuk menemukan satu padanan kata.
Apakah Anda mengalami hal-hal yang dijelaskan di atas? Jika ya, mungkin brain fog telah menghinggapi Anda. Dilansir dari Huffpost, inilah alasan di balik kondisi linglung, lupa, dan sulitnya berkonsentrasi di tengah pandemi.
1. Otak kurang stimulasi
Kondisi pandemi Covid-19 membuat kita semua tidak dapat melakukan banyak kegiatan yang biasa kita lakukan. Akibatnya, kita bisa kehilangan semua stimulasi yang biasanya membuat otak aktif.
"Ketika kita berada di rumah, tidak keluar dan berkeliling, otak tidak harus bekerja keras karena kita tidak memperhatikan hal-hal dan menafsirkan hal-hal di sekitar," kata Sherry Benton, seorang psikolog dan pendiri TAO Connect, sebuah organisasi yang membantu membuat terapi lebih mudah diakses.
Benton menyamakan proses ini dengan proses patah tulang: Jika Anda mematahkan lengan dan mengharuskannya digips, otot-otot di sekitarnya akan melemah dan Anda harus melakukan beberapa terapi fisik ketika gips dilepas untuk memperkuat kembali otot Anda.
"Otak kita sedang mengalami proses yang sama, sedikit berhenti berkembang akibat tinggal di rumah, dan membutuhkan stimulasi fokus yang baik dan beragam untuk kembali tajam," kata Benton.
Paraskevi Noulas, seorang psikolog dan asisten profesor klinis di Departemen Psikiatri di NYU Langone Health, mengatakan jika kita melihat dan melakukan hal yang sama setiap hari, tidak ada banyak hal yang harus dilakukan.
Baca Juga: 5 Langkah Asah Otak Agar Tak Cepat Tua
"Tanpa input eksternal dan internal yang merangsang minat, untuk belajar dan tumbuh, otak kita mati," kata Noulas.
2. Mengalami stres kronis
Joe Salinas, seorang neurologis sensorik dan asisten profesor neurologi di NYU Langone, mengatakan gelombang stres yang terus-menerus juga memengaruhi kemampuan kita untuk berpikir jernih dan kritis.
Pandemi Covid-19 membuat banyak orang mengalami stres tingkat tinggi selama berbulan-bulan. Salina mengatakan ketika stres menjadi kronis - dan diikuti dengan kesulitan membuat tubuh dan pikiran beristirahat - itu dapat merusak pembuluh darah, jantung, dan otak, dan meningkatkan risiko kerusakan kognitif.
Stresor yang datang dengan begitu cepat membuat otak tidak punya waktu untuk pulih, Benton menjelaskan.
“Setelah beberapa waktu, hippocampus [bagian otak yang terlibat dengan memori dan pembelajaran] berhenti berfungsi secara efisien. Akibatnya, kita merasa kesulitan untuk menerima informasi dan mengingat informasi,” kata Benton.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya