Suara.com - Para peneliti kembali mengingatkan pentingnya menggunakan masker di tengah pandemi virus corona.
Dilansir dari Medicalxpress, sebuah penelitian yang dipimpin oleh profesor Universitas A&M Texas telah menemukan bahwa tidak mengenakan masker wajah secara dramatis meningkatkan peluang seseorang terinfeksi oleh virus COVID-
Renyi Zhang, seorang Profesor Ilmu Atmosfer di Universitas A&M Texas dan Ketua Harold J. Haynes di College of Geosciences menerbitkan studi tentang urgensi penggunaan masker.
Zhang bersama rekan-rekan dari Universitas Texas, Universitas California-San Diego, dan Institut Teknologi California telah mempublikasikan karyanya di edisi terbaru PNAS (Prosiding National Academy of Sciences).
"Hasil kami jelas menunjukkan bahwa transmisi udara melalui aerosol pernapasan mewakili rute dominan untuk penyebaran Covid-19," kata Zhang.
"Dengan menganalisis tren pandemi tanpa penutup wajah menggunakan metode statistik dan dengan memproyeksikan tren, kami menghitung bahwa lebih dari 66.000 infeksi bisa seharusnya dicegah dengan menggunakan masker dalam waktu kurang dari sebulan di New York," tambahnya.
"Praktek yang tidak mahal ini, dalam hubungannya dengan jarak sosial dan prosedur lainnya adalah peluang yang paling mungkin untuk menghentikan pandemi Covid-19," ujar Zhang.
Salah satu penulis makalah ini, Mario Molina seorang profesor di Universitas California-San Diego juga menyatakan hal yang sama.
"Studi kami menetapkan dengan sangat jelas bahwa menggunakan masker tidak hanya berguna untuk mencegah tetesan batuk yang terinfeksi dihirup orang sehat," kata Molina.
Baca Juga: Studi Terbaru Ungkap Manfaat Gunakan Masker di Fasilitas Umum
"Tetapi juga penting bagi orang yang tidak terinfeksi ini untuk menghindari menghirup partikel atmosfer (aerosol) menit yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi ketika berbicara dan itu bisa tetap berada di atmosfer puluhan menit dan bisa berjalan puluhan kaki," tambahnya.
Zhang mengatakan bahwa banyak orang di China telah memakai masker selama bertahun-tahun, terutama karena kualitas udara yang buruk di negara itu.
"Jadi orang-orang di sana sudah terbiasa dengan ini," katanya.
"Melakukan jarak sosial dan mencuci tangan harus terus dilakukan, tetapi itu tidak cukup perlindungan. Mengenakan masker serta mempraktikkan kebersihan tangan yang baik dan menjaga jarak sosial akan sangat mengurangi kemungkinan tertular Covid-19," imbuhanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh