Suara.com - Polusi udara disebut bisa memengaruhi tingkat kebahagiaan seseorang. Hal tersebut dinyatakan oleh Professor Ekonomi dari Universitas Leeds, Peter Howley.
"Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa polusi udara dapat mengurangi kebahagiaan–tetapi kita masih perlu penelitian lebih lanjut tentang mengapa ini dapat terjadi," tulis Howley di The Conversation.
Menurut Howley, hubungan langsung antara polusi udara dengan tingkat kebahagiaan adalah karena ketebalan asap polusi, bau, dan rasa udara serta kecemasan mengenai kesehatan pribadi. Rasa cemas lebih tinggi ketika ada masalah kesehatan yang diakibatkan oleh polusi.
Selain itu, Howley juga menekankan bahwa polusi udara dalam beberapa penelitian telah dikaitkan dengan gangguan kognitif. "Tetapi masih terlalu dini untuk mengatakan apakah itu benar-benar berpengaruh kesehatan otak," ujarnya.
Dilansir dari The Conversation, sebuah studi inovatif yang menelusuri respon warga terhadap pembangkit listrik di Jerman mencoba mengukur kebahagiaan penduduk sekitar.
Para peneliti melakukan survei jangka panjang pada 30 ribu penduduk sekitar. Mereka kemudian mengelompokkan warga berdasar letak tempat tinggal mereka.
Pada penelitian tersebut, para peneliti menemukan bahwa penduduk di daerah yang berlawanan dengan arah angin mengalami peningkatan kebahagiaan yang signifikan setelah instalasi alat tersebut.
"Sementara itu, mereka yang berada searah dengan arah angin tidak menunjukkan dampak yang serupa," catat Howley.
"Perbandingan semacam ini–sebuah eksperimen alami yang mustahil dilakukan dan mungkin juga tidak etis untuk ditiru di laboratorium–membantu memastikan bahwa peningkatan kebahagiaan disebabkan oleh peningkatan kualitas udara dibandingkan faktor-faktor yang lain," tambahnya.
Baca Juga: Polusi Udara Berkurang karena Covid-19, Bumi Jadi Lebih Panas
Melansir dari Psychology Today, akumulasi temuan penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan, bahwa polusi udara bisa menyebabkan peradangan pada sistem saraf pusat yang dapat meningkatkan risiko suasana hati tertekan, gangguan kecemasan, gangguan bipolar, dan masalah kesehatan mental lainnya.
Ada bukti terbatas bahwa paparan polusi juga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif khusunya ketika terjadi pada anak usia dini. Hal tersebut bisa mengakibatkan stres kronis, mengganggu kinerja kognitif normal, dan mungkin meningkatkan risiko skizofrenia dan demensia.
Polusi udara juga disebut jadi penyebab stres oksidatif yang mengakibatkan peradangan di otak dan tubuh, memiliki efek neurotoksik langsung pada berbagai struktur di otak, dan mengganggu produksi normal kortisol tubuh.
Efek dari polusi udara pada fungsi otak juga dapat dimediasi oleh hubungan yang kompleks antara peradangan, stres oksidatif, dan aktivitas fisik, obesitas, dan kurang tidur.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Aksi Jatuh Bareng: Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Terkoreksi
-
4 HP RAM 12 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik untuk Gamer dan Multitasker Berat
-
Perusahaan BUMN dan Badan Negara Lakukan Pemborosan Anggaran Berjamaah, Totalnya Rp43 T
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
Terkini
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis
-
Dokter Kandungan Akui Rahim Copot Nyata Bisa Terjadi, Bisakah Disambungkan Kembali?
-
Klinik Safe Space, Dukungan Baru untuk Kesehatan Fisik dan Mental Perempuan Pekerja
-
Mengubah Cara Pandang Masyarakat Terhadap Spa Leisure: Inisiatif Baru dari Deep Spa Group
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?