Suara.com - Dokter gigi memperingatkan bahwa minuman berkarbonasi dan menyikat gigi terlalu kencang bisa menyebabkan sensitivitas gigi, yaitu rasa sakit pada gigi dari yang ringan hingga paling ekstrem.
Menurut Dr Oscar Castro Reino, Presiden Dewan Dokter Gigi Umum, sensitivitas gigi adalah tanda peringatan dari masalah hilangnya enamel atau retraksi gusi yang mengekspos dentin ke lingkungan mulut.
"Ketika dentin kehilangan perlindungan dari semen (pada akar), terjadi iritasi pada saraf dentin yang menyebabkan rasa sakit ketika konsumsi makanan sangat dingin, panas atau asam," kata Oscar Castro dikutip dari 20 Minutos.
Kerusakan enamel gigi itu bisa disebabkan oleh menyikat gigi yang terlalu agresif dengan memakai sikat gigi kaku dan teknik yang tidak tepat. Selain itu, bruxisme atau oklusi yang buruk juga bisa menyebabkan kondisi tersebut.
Adapun penyebab lainnya adalah minuman berkarbonasi dengan pH asam bisa mengikis enamel. Karena itu, Anda disarankan menghindari atau mencegah minuman tersebut. Sebab, sensitivitas gigi yang relatif sering berkaitan dengan penyakit periodontal, ketika resesi gusi terjadi.
Karena itu, sebagian besar sensitivitas gigi bisa dicegah dengan menggunakan teknik menyikat gigi yang benar dan memakai sikat gigi berbulu lembut. Anda juga perlu menyikat gigi setelah 20-30 menit selesai konsumsi makanan asam dan permen.
Anda juga perlu untuk mengunjungi dokter gigi secara berkala untuk menghindari penyakit periodontal dan retraksi gingiva.
"Salah satu metode yang digunakan adalah aplikasi gel atau pernis dengan konsentrasi fluor tinggi yang bekerja dengan cara menghubungan tubulus terbuka kecil di dentin," ujar Reino.
Sehingga langkah itu bisa mengurangi senstivitas gigi ringan maupun sedang, serta bisa mengatasi sensitivitas gigi yang parah.
Baca Juga: Pasien Covid-19 Diobati Antibodi Penderita Kanker, 5 Hari Lepas Oksigen?
Selain itu, ada berbagai macam pasta gigi dan obat kumur yang secara substansial meningkatkan sensitivitas gigi ringan atau sedang.
Tapi, ada pula pasta gigi yang bisa digunakan sebagai perawatan atas resep dokter gigi. Karena produk itu adalah fluorida tertentu (kalsium fluorida, timah fluorida) dan turunan kalium (kalium nitrat, kalium klorida)
Akhirnya, ia memeringatkan bahwa beberapa perawatan seperti pemutih gigi meningkat dan memperburuk sensitivitas gigi. Sehingga mereka yang menderita kondisi ini harusnya tidak melakukannya sampai rasa sakitnya hilang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan