Suara.com - Indonesia disebut bisa menjadi epsentrum baru persebaran virus corona dunia karena masih belum berhasil sedikit saja menaklukan pandemi. Hal tersebut dianalis oleh seorang jurnalis terkmuka Australia, James Masola.
Dilansir dari The Sydney Morning Herald (SMH), Indonesia telah berada di tepi jurang yang tidak menyenangkan, dengan pemerintah nasional menunjukkan beberapa tanda bahwa negara itu harus mengambil keputusan sulit yang diperlukan.
"Sementara perhatian dunia difokuskan pada Amerika Serikat, India, Rusia dan Brasil yang mencatat angka infeksi harian dalam puluhan ribu, Indonesia saat ini berada di bawah radar," catat Masola yang juga merupakan koresponden Asia Tenggara berbasis di Jakarta. Dia sebelumnya adalah koresponden politik utama yang berbasis di Canberra.
Selama delapan dari 10 hari terakhir, Indonesia telah mencatat lebih dari 1000 infeksi baru setiap hari dan para ahli epidemiologi khawatir jumlah kasus dapat melewati 60.000 pada hari berikutnya dua minggu (saat ini sudah mencapai 47.896).
"Yang jauh lebih memprihatinkan adalah tingkat pengujian yang sangat rendah dan tingkat kematian yang tinggi secara proporsional," tambah Masola.
Indonesia mendekam di peringkat 163 untuk tingkat pengujian, hanya melakukan 2.193 tes per satu juta orang.
Pada hari Selasa (23/6/2020), negara mencatata 1.051 infeksi baru menjadu 47.896 kasus dengan tingkat kematian 2.535 orang.
Terlepas dari tren peningkatan infeksi yang jelas, banyak negara telah mulai melonggarkan pembatasan termasuk Indonesia. Transportasi umum, penerbangan, pusat perbelanjaan, gereja dan masjid semuanya mulai dibuka kembali di kota-kota termasuk di Jakarta.
Ekonomi mulai dibuka, bahkan untuk sektor pariwisata.
Baca Juga: Beracun, FDA Minta Hindari 9 Merek Hand Sanitizer Ini
"Yang lebih memprihatinkan adalah jumlah anak yang meninggal karena virus. Reuters baru-baru ini melaporkan bahwa ratusan anak diyakini telah meninggal karena Covid-19," tulis Masola.
"Secara resmi, angka kematian untuk orang di bawah 18 adalah 28 kasus tetapi ada 380 anak meninggal telah diklasifikasikan sebagai pasien dalam pengawasan (PDP). Sejak awal, pemerintah Indonesia telah menangani pandemi ini dengan buruk," imbuhnya.
Masola menyatakan, bahwa respon pemerintah Indonesia di awal kasus cukup mengkhawatirkan. Pada awal Menteri Kesehatan menyatakan bahwa kekuatan doa akan melindungi negara. Kemudian Presiden Joko Widodo mengakui informasi telah dirahasiakan dari publik untuk menghindari kecemasan.
"Kemudian ada banyak pembatasan yang tertunda, larangan pada orang mudik, tingkat pengujian yang buruk, dan sekarang pelonggaran pembatasan meski jumlah kasus meningkat," tulis Masola di SMH.
Ia menegaskan, bahwa pemerintah memiliki dua pilihan dalam menghadapi pandemi, yakni: Pertama, mengambil langkah-langkah yang jauh lebih kuat untuk menghentikan penyebaran penyakit, termasuk meningkatkan pengujian dan menerapkan kembali penguncian. Kedua, jika tidak melakukan yang pertama maka konsekuensinya akan terus mengorbankan nyawa.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
-
Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
-
Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
-
Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
-
Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
-
Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
-
Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara
-
Jangan Abaikan! SADANIS: Kunci Selamatkan Diri dari Kanker Payudara yang Sering Terlewat
-
Langkah Krusial Buat Semua Perempuan, Gerakan Nasional Deteksi Dini Kanker Payudara Diluncurkan
-
Dukung Ibu Bekerja, Layanan Pengasuhan Modern Hadir dengan Sentuhan Teknologi