Suara.com - Pasien covid-19 dengan kondisi koma cenderung akan mengharapkan dirinya mati daripada siuman. Konsultan London Dr. Zudin Puthucheary mengatakan, penyebabnya karena trauma mental dan fisik akibat obat bius yang menyakitkan.
Menurutnya, ketika keadaan koma, pasien berjuang dengan kondisi kesadaran yang berubah dan menyebabkan mereka mengalami delusi, halusinasi, hingga kebingungan. Meski begitu, dampak kondisi itu bisa berbeda tiap orang.
"Beberapa orang akan mengatakan, dalam waktu dua hingga tiga tahun mendatang, mereka bahagia hidup. Beberapa orang lain akan mengatakan bahwa mereka lebih baik mati. Itu tergantung dengan apa yang orang anggap sebagai kualitas hidup yang baik," kata Dr. Puthucheary yang juga pemimpin rehabilitasi nasional Perhimpunan Perawatan Intensif, dilansir dari Mirror.
Pakar mengatakan pasien menghadapi kesulitan untuk pulih bukan hanya karena kondisi kritis yang dialami. Tetapi karena obat kuat yang diperlukan untuk merawat mereka.
Ketika seorang pasien koma, katanya, masalah terbesar yang terjadi adalah kehilangan massa otot. Sehingga pasien akan kesulitan untuk menelan makanan juga minum.
Pasien yang sakit kritis dalam koma pada usia produktif akan kehilangan massa otot sebelum lemak sekitar 2-3 persen. Massa otot biasanya hilang dalam sehari, yang bagi pasien dengan berat 90 kilogram berarti kehilangan 1-2 kg sehari.
Beberapa membutuhkan trakeotomi invasif atau tindakan bedah untuk membuat lubang pada saluran udara agar bisa bernafas dan juga makan melalui selang karena mereka tidak dapat menelan makanan dan air sendiri.
Seseorang yang koma, walaupun hanya 10 hari, kata Dr Puthucheary, mengharapkan waktu pemulihan hanya berjalan dengan hitungan bulan.
Sayangnya, ketika seorang pasien koma meninggalkan rumah sakit, mereka masih memerlukan rehabilitasi intensif selama kurang lebih satu hingga lima tahun. Karena mereka cenderung masih membutuhkan bantuan medis untuk melakukan beraktivitas.
Baca Juga: Terapi Koktail Antibodi untuk Melawan Virus Corona Masuk Uji Klinis
"Banyak pasien kami yang terinfeksi virus corona merupakan pekerja yang mengandalkan fisik dan mereka jelas akan berjuang untuk melakukan itu, seperti juga dokter dan perawat kami yang jatuh sakit," katanya.
Akibat koma itu, pasien biasanya mengalami delusi, halusinasi, dan gangguan stres pascatrauma yang bahkan bisa terjadi selama bertahun-tahun. Namun dampak fisik jangka panjang pada pasien covid-19 masih dipelajari oleh para ahli di seluruh dunia.
Beberapa pasien telah menderita kerusakan permanen pada paru-paru, ginjal dan jantung mereka, dan bahkan kerusakan otak. Beberapa bulan kemudian, pasien masih bisa menderita sesak napas, kelelahan, dan nyeri otot, kata para ahli.
Sekretaris Kesehatan Matt Hancock mengatakan ribuan pasien Covid-19 akan diteliti dalam penelitian tentang dampak jangka panjang virus.
Pemerintah telah meluncurkan studi terbesar di dunia ke dalam implikasi fisik dan mental dari virus untuk pasien yang dirawat di rumah sakit.
Dipimpin oleh National Institute for Health Research (NIHR), Leicester Biomedical Research Centre, kemitraan antara Universitas Leicester dan Rumah Sakit Universitas Leicester NHS Trust, studi ini akan mengacu pada keahlian dari para peneliti dan dokter terkemuka dari seluruh Inggris.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis