Suara.com - Kebanyakan orang biasanya tidak menyadari telah terinfeksi virus hepatitis, terutama jenis B dan C. Hal itu lantaran kedua penyakit itu memang memiliki gejala tidak spesifik di awal.
"Memang sangat tidak begejala. Kebanyak orang sekitar 70-80 persen pasien hepatitis B dan C tidak menyadari ada virus di dalam tubuhnya," kata Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Dr. dr. Irsan Hasan, Sp.PD - KGEH.FINASIM dalam webinar Kemenkes, Selasa (28/7/2020).
Irsan mengatakan, gejala yang muncul biasanya tubuh menjadi mudah lelah. Namun tanda itu tidak spesifik, sehingga kebanyakan orang tidak terpikir kalau itu gejala hepatitis.
Umumnya, orang didiagnosis hepatitis ketika kondisi hatinya telah mulai mengalami peradangan atau sirosis, bahkan ada yang sudah menjadi kanker hati. Menurut Irsan, tak jarang gejala hepatitis justru tersamarkan dengan penyakit lain.
"Pasien kanker hati biasanya datang ke saya setelah sudah muter ke dua atau tiga dokter karena dinyatakan sebagai maag. Jadi gejalanya bisa tersamar karena sakit maag. Setelah sebulan dua bulan tidak membaik, kemudian didiagnosis ada kanker. Kemudian datang dengan muntah darah, tidak sadar, begitu dicek sirosis. Jadi memang pada tahap kronik tidak bergejala," paparnya.
Karena itu, infeksi virus hepatitis bisa dicegah dengan menerapkan gaya hidup bersih dan sehat, kata Irsan. Khusus hepatitis B, bisa dicegah dengan pemberian vaksin sejak bayi baru lahir. Karena penularannya paling banyak terjadi dari ibu hamil yang diturunkan ke janinnya.
Karena itu, Irsan menyarankan agar ibu hamil melakukan tes hepatitis B agar jika positif terinfeksi virus, bisa dicegah sejak awal. Sedangkan hepatitis C, menurut Irsan, paling banyak tertular akibat penggunaan narkotika jarum suntik secara bersamaan.
Sementara itu, untuk pasien hepatitis bisa menjalankan pola hidup bersih dan sehat sesuai yang dianjurkan. Menurur Irsan, tidak ada pantangan atau pola hidup spesifik yang perlu dilakukan.
"Tidak ada larangan khusus. Yang justru banyak beredar itu mitos. Tidak boleh makan daging, tidak boleh makanan berlemak, bersantan. Akhirnya pasien hepatitis kurus karena bingung mau makan apa. Jadi itu mitos," ucapnya.
Baca Juga: WHO: Vaksinasi Berhasil Turunkan Kasus Hepatitis B pada Anak
Berita Terkait
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
-
Dokter Tifa Kena Malu, Kepala SMPN 1 Solo Ungkap Fakta Ijazah Gibran
-
Penyebab Rupiah Loyo Hingga ke Level Rp 16.700 per USD
-
Kapan Timnas Indonesia OTW ke Arab Saudi? Catat Jadwalnya
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
Terkini
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis
-
Mengenal Osteosarcoma, Kanker Tulang Ganas yang Mengancam Nyawa Anak dan Remaja
-
Viral Guyonan Lelaki Manja saat Sakit, Dokter Saraf Bongkar Fakta Toleransi Nyeri
-
Bukan Cuma Pekerja, Ternyata Orang Tua juga Bisa Burnout karena Masalah Membesarkan Anak
-
Benarkah Diet Keto Berisiko untuk Kesehatan? Ini Jawaban Ahli
-
Tren Mengkhawatirkan! Mengapa Kasus Kanker pada Anak Muda Meningkat?
-
Gaya Hidup Higienis: Kebiasaan Kecil yang Berdampak Besar bagi Tubuh
-
Mengenal Penyakit Lyme yang Diderita Bella Hadid: Bagaimana Perawatannya?
-
Terapi Imunologi Sel: Inovasi Perawatan Kesehatan untuk Berbagai Penyakit Kronis
-
72% Sikat Gigi Dua Kali Sehari, Kok Gigi Orang Indonesia Masih Bermasalah? Ini Kata Dokter!