Suara.com - Selama ini, seseorang disebut obesitas ketika berat badannya berada di atas angka rata-rata berat badan normal, atau ketika indeks massa tubuh menunjukkan angka di atas 30.
Tapi, pedoman baru yang diterbitkan dalam Canadian Medical Association Journal pada hari Selasa (4/8/2020), secara khusus memperingatkan stigma terkait berat badan terhadap pasien dalam sistem kesehatan.
Obesitas kini tidak ditentukan dari berat badan semata, tetapi harus melihat kondisi kesehatan seseorang secara menyeluruh.
Selama ini, kondisi obesitas memicu asumsi tentang perilaku seseorang yang tidak bertanggung jawab serta kurangnya kemauan untuk hidup secara sehat. Ini seakan menyalahkan dan mempermalukan orang yang hidup dengan obesitas. Demikian pedoman baru tersebut menjelaskan.
Ximena Ramos-Salas, direktur penelitian dan kebijakan di Obesity Canada dan salah satu penulis pedoman baru di atas, mengatakan bahwa penelitian menunjukkan banyak dokter mendiskriminasi pasien obesitas, dan itu dapat menyebabkan hasil kesehatan pasien yang lebih buruk terlepas dari berat badan mereka.
"Bias berat badan bukan hanya tentang mempercayai hal yang salah tentang obesitas," katanya seperti dilansir dari BBC.
"Bias berat badan sebenarnya berpengaruh pada perilaku praktisi kesehatan," katanya lagi.
Kondisi obesitas meningkat tiga kali lipat selama tiga dekade terakhir di Kanada, dan sekarang sekitar satu dari empat orang Kanada mengalami obesitas menurut Statistik Kanada.
Pedoman tersebut belum diperbarui sejak 2006. Versi baru ini didanai oleh Obesity Canada, Asosiasi Dokter dan Ahli Bedah Bariatrik Kanada, dan Institut Penelitian Kesehatan Kanada melalui Strategi untuk hibah Penelitian yang Berorientasi Pasien.
Baca Juga: Boris Johnson Sarankan Warganya untuk Diet agar Tidak Mudah Tertular Corona
Meskipun saran terbaru masih merekomendasikan menggunakan kriteria diagnostik seperti indeks massa tubuh (BMI) dan lingkar pinggang, diakui adanya keterbatasan klinis pada cara tersebut dan dikatakan bahwa dokter harus lebih fokus pada bagaimana berat badan berdampak pada kesehatan seseorang.
Penurunan kecil dalam berat badan, sekitar 3-5%, dapat menyebabkan peningkatan kesehatan, dan 'berat badan terbaik' bagi orang gemuk mungkin bukan 'berat badan ideal' mereka menurut BMI, demikian menurut pedoman baru tersebut.
Ini menekankan bahwa obesitas adalah kondisi kronis yang kompleks yang membutuhkan manajemen seumur hidup.
"Sudah lama kita mengaitkan obesitas sebagai perilaku gaya hidup. Sudah banyak yang memalukan dan disalahkan sebelumnya," kata Ramos-Salas.
"Orang yang hidup dengan obesitas memerlukan dukungan seperti orang yang hidup dengan penyakit kronis lainnya," tambahnya lagi.
Jadi, alih-alih hanya menyarankan pasien untuk 'makan lebih sedikit, bergerak lebih banyak', pedoman baru ini mendorong dokter untuk memberikan dukungan sepanjang garis terapi psikologis, pengobatan, dan bedah bariatrik seperti operasi bypass lambung.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 - 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
 - 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
 
Pilihan
- 
            
              Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
 - 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 - 
            
              5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
 
Terkini
- 
            
              Indonesia di Ambang Krisis Dengue: Bisakah Zero Kematian Tercapai di 2030?
 - 
            
              Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
 - 
            
              Dokter Ungkap Fakta Mengejutkan soal Infertilitas Pria dan Solusinya
 - 
            
              Mitos atau Fakta: Biopsi Bisa Bikin Kanker Payudara Menyebar? Ini Kata Ahli
 - 
            
              Stroke Mengintai, Kenali FAST yang Bisa Selamatkan Nyawa dalam 4,5 Jam!
 - 
            
              Dari Laboratorium ITB, Lahir Teknologi Inovatif untuk Menjaga Kelembapan dan Kesehatan Kulit Bayi
 - 
            
              Manfaatkan Musik dan Lagu, Enervon Gold Bantu Penyintas Stroke Temukan Cara Baru Berkomunikasi
 - 
            
              Gerakan Peduli Kanker Payudara, YKPI Ajak Perempuan Cintai Diri Lewat Hidup Sehat
 - 
            
              Krisis Iklim Kian Mengancam Kesehatan Dunia: Ribuan Nyawa Melayang, Triliunan Dolar Hilang
 - 
            
              Pertama di Indonesia: Terobosan Berbasis AI untuk Tingkatkan Akurasi Diagnosis Kanker Payudara