Suara.com - Sejak pandemi virus corona melanda dunia mulai muncul beragam teori konspirasi tentang penyakit tersebut. Tidak sedikit orang yang akhirnya juga percaya akan teori konspirasi dibandingkan kebenaran yang disampaikan oleh para ilmuwan.
Tapi, apa sih yang membuat banyak orang lebih percaya teoeri konspirasi?
"Orang-orang tertarik pada teori konspirasi selama periode krisis dan ketidakpastian, dan ini tentu saja merupakan salah satu dari itu," kata Karen Douglas, seorang profesor psikologi di University of Kent di Inggris, dilansir dari HuffPost.
Suka Cocokologi
Otak kita secara alami mencoba membuat koneksi tentang semua hal yang terjadi dalam hidup kita dan dunia. Banyak menyukai cerita dan penjelasan, hal-hal yang masuk akal.
Joanne Miller, seorang profesor ilmu politik dan hubungan internasional di Universitas Delaware, mengatakan bahwa mereka menyebutnya conecting the dots atau juga dikenal cocokologi. Kadang-kadang titik-titik itu harus terhubung, di waktu lain, mereka seharusnya tidak.
Ketika peristiwa negatif atau menakutkan terjadi, orang mencoba memahami dan menjelaskan alasan di balik peristiwa tersebut.
"Dalam mencari penjelasan ... kita mungkin bisa membuat hubungan antara hal-hal yang seharusnya tidak terhubung dan membuat narasi, dan kadang-kadang narasi itu akhirnya menjadi teori konspirasi," kata Miller.
Menara sel 5G adalah contoh yang baik dari ini, kata Miller. Menara mulai muncul di Wuhan, Cina - pusat asli COVID-19 - sekitar waktu yang sama ketika virus pecah. Orang-orang membuat hubungan antara dua peristiwa ini yang sebenarnya tidak terhubung dengan cara apa pun, dan teori konspirasi bahwa menara 5G menyebarkan coronavirus lahir.
Baca Juga: Di Toko Online, Obat Ciptaan Hadi Pranoto Dijual Rp 275 Ribu
Orang tidak suka ketidakpastian
Seperti yang Douglas katakan, orang-orang tertarik pada teori konspirasi karena ada ketidakpastian. Dengan menghubungkan titik-titik, teori konspirasi mengambil yang tidak diketahui dari persamaan dan memberi orang rasa kontrol. Bahkan jika kepercayaan itu tidak benar, memiliki semacam penjelasan untuk suatu hal yang sedang terjadi bisa sangat menenangkan.
Kenyataan dari situasi ini adalah bahwa Covid-19 secara alami terjadi dan masih elum tahu bagaimana menghentikan penyebarannya. Itu hal yang menakutkan. Jika seseorang percaya menara 5G menyebabkan Covid-19, mereka memiliki sesuatu yang konkrit untuk diperjuangkan alih-alih merasa seperti mereka meraba-raba dalam kegelapan.
“Orang-orang mencari jawaban yang menjelaskan situasi yang mengerikan ini. Mereka khawatir dan tidak pasti, dan juga bingung dengan informasi yang mereka terima - yang seringkali bertentangan - dari sumber yang berbeda, "kata Douglas.
Douglas, yang telah mempelajari psikologi di balik teori konspirasi, menambahkan bahwa orang-orang yang mungkin merasa tidak berdaya atau cemas beralih ke teori konspirasi untuk merasa aman.
Miller, yang telah mengumpulkan data tentang teori konspirasi Covid-19, telah menemukan bahwa orang-orang yang percaya satu teori konspirasi cenderung mempercayai orang lain juga. Mereka membentuk sistem kepercayaan, katanya, yang sebagian besar dijalin bersama oleh ketidakpastian.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
Terkini
-
Smart Hospital, Indonesia Mulai Produksi Tempat Tidur Rumah Sakit yang Bisa 'Baca' Kondisi Pasien
-
Tren Minuman Bernutrisi: Dari Jamu ke Collagen Drink, Inovasi Kesehatan yang Jadi Gaya Hidup Baru
-
Perawatan Komprehensif untuk Thalasemia: Dari Transfusi hingga Dukungan Psikologis
-
Indonesia Kaya Tanaman Herbal, Kenapa Produksi Obat Alami Dalam Negeri Lambat?
-
Supaya Anak Peduli Lingkungan, Begini Cara Bangun Karakter Bijak Plastik Sejak Dini
-
Kemendagri Dorong Penurunan Angka Kematian Ibu Lewat Penguatan Peran TP PKK di Daerah
-
Gaya Hidup Modern Bikin Diabetes di Usia Muda Meningkat? Ini Kata Dokter
-
Saat Kesehatan Mata Jadi Tantangan Baru, Ini Pentingnya Vision Care Terjangkau dan Berkelanjutan
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!