Suara.com - Meski tak asing di telinga masyarakat, namun penyakit autoimun memiliki jenis yang beragam salah satunya Sjogren's Syndrome.
Sayanganya, banyak masyarakat yang asing dengan masalah kesehatan tersebut. Jadi apa sebenarnya penyakit Sjogren's Syndrome?
Divisi Alergi Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Dr. dr. Alvina Widhani, SpPD, KAI menjelaskan bahwa Sjogren's Syndrome termasuk pada jenis autoimun sistemik, sama seperti sakit lupus.
Penyakit tersebut juga cenderung dialami pasien dalam jangka waktu lama.
"Juga bisa mengenai berbagai organ terutama kelenjar air liur atau air mata. Sehingga tidak berfungsi baik. Selain itu juga bisa mengenai ginjal, paru," kata Alvina dalam webinar vitamin D3 series bersama Kalbe, Kamis (6/8/2020).
Seperti penyakit autoimun lainnya, kebanyakan masalah Sjogren's Syndrome ditemukan pada perempuan.
Namun tidak seperti lupus yang kebanyakan dialami usia muda lanjut Alvina, Sjogren's biasanya baru terdeteksi ketika di atas usia 40 tahun.
Ia menjelaskan, infeksi Sjogren's Syndrome juga dipengaruhi oleh produksi hormon. Karena itu kebanyakan menyerang saat usia lanjut di mana hormon di dalam tubuh mulai menurun.
"Dengan bertambahnya usia, terutama perempuan, terjadi pengurangan hormon seperti estrogen," ujar dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tersebut.
Baca Juga: Leher Bengkak Akibat Idap Autoimun Graves, Netizen Doakan Jessica Iskandar
Menurut Alvina, tidak sedikit diagnosa telat dilakukan karena pasien tidak sadar dengan gejala yang dialaminya.
"Memang jumlahnya meningkat seiring bertambah usia. Gejala tidak terlalu diperhatikan pasien, gejala mirip-mirip seringkali terlambat terdiagnosis," tambahnya.
Gejala yang beragam, kata Alvina, bisa dimulai dengan perasaan mata kering namun kerap terabaikan. "Begitu muncul gejala lain, gangguan saraf lain, atau keluhan di paru, itu baru menganggu. Batu pasien cari pengobatan ke dokter," paparnya.
Ia melanjutkan, ciri khas dari Sjorgen's Syndrome memang menyerang kelenjar tubuh. Sehingga gejala awal yang terjadi pasien kekurangan kadar cairan di tubuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
-
Menkeu Purbaya Punya Utang Rp55 Triliun, Janji Lunas Oktober
-
Ngeri Tapi Nagih! Ini Lho Alasan Psikologis Kenapa Kita Doyan Banget Nonton Film Horor
-
Daftar 46 Taipan yang Disebut Borong Patriot Bond Danantara, Mulai Salim, Boy Thohir hingga Aguan
-
Pilih Gabung Klub Antah Berantah, Persis Solo Kena Tipu Eks Gelandang Persib?
Terkini
-
CEK FAKTA: Ilmuwan China Ciptakan Lem, Bisa Sambung Tulang dalam 3 Menit
-
Risiko Serangan Jantung Tak Pandang Usia, Pentingnya Layanan Terpadu untuk Selamatkan Nyawa
-
Bijak Garam: Cara Sederhana Cegah Hipertensi dan Penyakit Degeneratif
-
HD Theranova: Terobosan Cuci Darah yang Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
-
Stres Hilang, Jantung Sehat, Komunitas Solid: Ini Kekuatan Fun Run yang Wajib Kamu Coba!
-
Jantung Sehat di Usia Muda: 5 Kebiasaan yang Wajib Kamu Tahu!
-
Infeksi Silang di Rumah Sakit? Linen Medis Antivirus Ini Jadi Solusi!
-
Golden Period Jadi Kunci, RS Ini Siapkan Layanan Cepat Tangani Stroke
-
Nada Tarina Pamer Bekas Jahitan Operasi, Kenapa Skoliosis Lebih Rentan pada Wanita?
-
Apa Itu Tylenol: Obat yang Diklaim Donald Trump Bisa Bikin Autis