Suara.com - Baru-baru ini muncul ancaman penyakit yang dikenal dengan tick borne di China. Menurut Global Times virus tick-borne telah menginfeksi hampir 67 orang dan menewaskan sedikitnya 7 korban. Padahal hingga kini pandemi Covid-19 yang melanda di seluruh dunia masih belum usai.
Tick borne merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang berasal dari kutu. Pihak berwenang telah memperingatkan orang-orang tentang kemungkinan penularan penyakit dari manusia ke manusia, karena para ilmuwan dan ahli medis percaya bahwa infeksi tersebut telah ditularkan dari kutu ke manusia.
Pertanyaannya kemudian, apa saja gejala dari tick borne disease ini?
Menurut laman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kebanyakan infeksi seringkali asimtomatik atau tanpa gejala. Dalam kasus penyakit klinis, masa inkubasi untuk ensefalitis tick-borne berlangsung selama 2-28 hari (paling sering 7-14 hari).
Biasanya kondisi itu diikuti oleh gejala flu umum selama 1-8 hari, seperti kelelahan, sakit kepala dan malaise umum, biasanya dikombinasikan dengan demam lebih dari 38 ° C.
Setelah interval asimtomatik 1–20 hari hingga 15 persen pasien mengalami fase kedua penyakit yang ditandai oleh demam yang seringkali melebihi 40 ° C. Selain itu juga muncul tanda-tanda keterlibatan sistem saraf pusat, seperti meningitis (misalnya demam, sakit kepala, dan kaku). leher), ensefalitis (misalnya mengantuk, kebingungan, dan gangguan sensorik), mielitis atau radikulitis.
Ensefalitis yang berkembang selama fase kedua ini dapat menyebabkan kelumpuhan, gejala sisa permanen atau kematian.
Sekitar 1 persen kasus dengan patologi neurologis bisa mati; tingkat kematian yang lebih tinggi telah dilaporkan dari federasi Rusia, yang mungkin terkait dengan subtipe virus yang berbeda.
Tingkat keparahan penyakit meningkat dengan bertambahnya usia pasien, tetapi kematian telah dilaporkan dari semua kelompok umur. Tidak ada pengobatan khusus untuk ensefalitis tick-borne.
Baca Juga: Simulasi Kegiatan Belajar di Sekolah saat Pandemi Covid 19
Orang dapat melindungi diri dari kutu dengan mengenakan pakaian yang pantas, termasuk celana panjang dan alas kaki tertutup, saat mendaki atau berkemah di negara atau daerah berisiko.
Seluruh tubuh harus diperiksa setiap hari dan kutu yang menempel dihilangkan sesegera mungkin. Konsumsi produk susu yang tidak dipasteurisasi juga harus dihindari di area tersebut.
Imunisasi menawarkan perlindungan paling efektif. Saat ini, ada 4 vaksin yang banyak digunakan dengan kualitas terjamin: FSME-Immun dan Encepur, masing-masing diproduksi di Austria dan Jerman, dan berdasarkan strain virus Eropa; dan TBE-Moscow dan EnceVir, diproduksi di Federasi Rusia dan didasarkan pada strain Timur Jauh. Ke-4 vaksin tersebut dianggap aman dan efektif.
Di daerah di mana penyakit ini sangat endemik, WHO merekomendasikan vaksinasi diberikan kepada semua kelompok umur, termasuk anak-anak.
Kutu juga menularkan Borreliosis (penyakit Lyme), yang merupakan infeksi bakteri. Vaksinasi TBE tidak efektif melawan penyakit ini, yang bagaimanapun dapat diobati dengan antimikroba.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
50 Persen Penduduk Indonesia Berisiko Osteoporosis, Kenapa Gen X Paling Terancam?
-
Waduh! Studi Temukan Bukti Hewan Ternak Makan Sampah Plastik, Bahayanya Apa Buat Kita?
-
Terobosan Penanganan Masalah Bahu: Dari Terapi Non-Bedah hingga Bedah Minim Invasif
-
Cuaca Berubah-ubah Bikin Sakit? Ini 3 Bahan Alami Andalan Dokter untuk Jaga Imunitas!
-
Review Lengkap Susu Flyon: Manfaat, Komposisi, Cara Konsumsi dan Harga Terbaru
-
BPOM: Apotek Jangan Asal Berikan Antibiotik ke Pembeli, Bahaya Level Global
-
Teknologi Jadi Kunci: Ini Pendekatan Baru Cegah Stunting dan Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
-
Gak Perlu Marah di Grup WA Lagi, Call Centre 127 Siap Tampung Keluhan Soal Program MBG
-
5 Pilihan Sampo untuk Dermatitis Seboroik, Mengatasi Gatal dan Kulit Kepala Sensitif
-
Alasan Penting Dokter Bukan Cuma Perlu Belajar Pengobatan, Tapi Juga 'Seni' Medis