Suara.com - Enam kaki atau 2 meter adalah ukuran yang digunakan untuk pedoman jarak sosial Covid-19 saat ini. Namun studi dari tim ahli virologi di Universitas Florida menyebut bahwa virus sebenarnya dapat menyebar hingga 16 kaki atau 4 meter lebih dari orang yang terinfeksi.
Dilansir dari People, para peneliti fokus pada bagaimana virus bergerak di dalam ruangan dan menemukan bahwa virus dapat menyebar sejauh ini melalui tetesan kecil yang disebut aerosol.
"Kita berbicara tentang virus yang terdapat dalam tetesan yang sangat kecil yang kita sebut aerosol yang dapat melakukan perjalanan lebih jauh di udara dan tetap di udara selama beberapa menit sampai beberapa jam pada suatu waktu," kata Linsey Marr, seorang warga sipil dan profesor teknik lingkungan di Virginia Tech yang mempelajari bagaimana virus menyebar di udara, mengatakan kepada CBS News.
Studi baru melibatkan analisis sampel udara di ruang rumah sakit dan menggunakan uap air untuk memperbesar aerosol, sehingga dapat dengan mudah dikumpulkan dari udara.
"Setelah kami mengetahui bahwa virus ditularkan melalui aerosol, kami kemudian dapat mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya dan mengurangi risiko itu," kata Marr.
Meskipun studi tersebut belum melalui peer-review, Robyn Schofield, seorang ahli kimia atmosfer di Universitas Melbourne di Australia yang mempelajari aerosol di atas lautan, mengatakan kepada The New York Times bahwa dia "terkesan" dengan metodologi tersebut.
"Ini teknik pengukuran yang sangat pintar," katanya.
Schofield pun menambahkan bahwa temuan itu tidak sejalan dengan pedoman jarak sosial enam kaki yang diminta banyak orang untuk diikuti. Menurutnya, pedoman tersebut "menyesatkan", karena orang mengira mereka merasa aman di dalam ruangan padahal sebenarnya tidak.
Sebuah studi serupa menemukan bahwa berbicara pada tingkat normal menghasilkan tetesan yang tetap di udara setidaknya selama delapan menit , sementara berbicara keras mengeluarkan lebih banyak tetesan.
Baca Juga: Terungkap, Ini Alasan Vaksin Covid-19 Rusia Diklaim Putin Sudah Disetujui
Studi di PNAS pada Mei dari para peneliti di Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal dan Universitas Pennsylvania dan diterbitkan dalam jurnal peer-review, menggunakan cahaya laser untuk melihat berapa banyak tetesan yang menggantung di udara setelah berbicara.
"Pengamatan hamburan sinar laser yang sangat sensitif telah mengungkapkan bahwa ucapan keras dapat memancarkan ribuan tetesan cairan oral per detik," tulis para peneliti.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
Terkini
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan