Suara.com - Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Achmad Yurianto mengatakan 49 pegawai Kemenkes RI yang ditanyakan positif Covid-19 tidak tertular dari kegiatan di Kemenkes RI.
"Nggak rata-rata (penularannya) bukan dari kegiatan kantor," ujar Yurianto saat dihubungi Suara.com, Kamis (13/8/2020).
Puluhan pegawai ini memiliki sumber penularan yang berbeda-beda, mengingat mereka tidak berada di area gedung Kemenkes selama 24 jam penuh. Apalagi selama ini mereka pulang pergi, sehingga sumber penularan dari keluarga dan lingkungan masing-masing.
"Justru dari tracing itu, kita tahu penularannya tidak di kantor, pegawai Kemenkes kan banyak, dia punya rumah di Jakarta, Jabodetabek," terang Yurianto.
Bahkan dari beberapa tracing, kata Yurianto, pihak Kemenkes menemukan pegawainya adalah seorang istri yang tertular dari suaminya yang bekerja di kantor lain.
Tapi jika berdasarkan protokol, selama pandemi ini, Kemenkes menerapkan jumlah maksimal karyawan yang datang ke kantor hanya 50 persen dari kapasitas. Begitupun dengan berbagai pertemuan dan rapat, sebisa mungkin dilakukan secara virtual atau dari jarak jauh.
"Dari dulu kan kita sudah selalu membiasakan untuk video teleconference, tidak ada pertemuan fisik," tuturnya.
Mantan Jubir Gugus Tugas Percepatan dan Penangangan Covid-19 itu juga menceritakan bagaimana kronologi puluhan pegawai Kemenkes diketahui berstatus positif. hal itu lantaran di Kemenkes sendiri tersedia fasilitas pemeriksaan swab test bagi karyawannya.
"Kita rutin di kantor melaksanakan pemeriksaan swab, itu rutin dilakukan, ada fasilitas di kantor. Kalau kesiapan lab-nya, tiap hari siap, tapi yang melaksanakan pemeriksaan karyawan sendiri," papar Yurianto.
Baca Juga: 49 Karyawan Kemenkes RI Positif Covid-19, 2 Orang Dirawat di Rumah Sakit
"Karyawan langsung datang ke fasilitas, kayak kemarin dia tahu bahwa tetangganya positif, 'kayanya saya pernah kontak dekat', pas periksa positif juga ternyata," sambung Yurianto.
Orang positif tapi asimtomatik atau konfirmasi tanpa gejala ini yang menurut Yurianto berbahaya, karena ia bisa saja menyebarkan virus tanpa tahu di tubuhnya ada virus. Apesnya, jika terkena orang yang memiliki kekebalan tubuh lemah, ia akan mengalami gejala yang berat.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!