Suara.com - Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa steroid dapat membantu menyelamatkan nyawa pasien virus corona Covid-19 parah.
Dalam analisis baru yang memasukkan data dari tujuh uji klinis, obat ini dapat mengurangi risiko kematian hingga sepertiga pasien, dibandingkan dengan pasien yang diberi perawatan standar.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperbarui pedoman pengobatan untuk kortikosteroid, merekomendasikan penggunaan obat ini pada pasien Covid-19 parah selama tujuh hingga 10 hari sebagai standar perawatan baru.
Namun, mereka yang mengalami infeksi ringan tidak boleh mengonsumsi obat ini karena disebutkan pasien tidak akan mendapatkan manfaatnya, steroid hanya akan membahayakan kondisi pasien.
Analisis baru ini terbit pada Rabu (2/9/2020) di Journal of the American Medical Association (JAMA).
Sejak awal, memang ada petunjuk bahwa steroid bisa menyelamatkan hidup pasien Covid-19 parah. Salah satunya data dari China, yang terbit pada Maret di JAMA Internal Medicine.
Pada Juni, peneliti Inggris melaporkan steorid yang disebut dexamethasone mengurangi tingkat kematian di anatara pasien Covid-19 yang membutuhkan bantuan oksigen.
Dexamethasone bekerja dengan menekan sistem kekebalan dan mengurangi peradangan dalam tubuh, dan biasanya diresepkan untuk psoriasis, rheumatoid arthritis, asma dan beberapa jenis kanker, seperti leukemia, menurut Live Science.
Dalam analisis baru, peneliti melihat uji coba deksametason atau salah satu dari dua steroid lain, hidrokortison dan metilprednisolon.
Baca Juga: Jumlah Kasus Kematian Pasien Covid-19 di Indonesia Meningkat
Semua obat tersebut juga meredam respons imun, menyebabkan pembuluh darah mengerut dan membantu mengurangi fibrosis, atau perkembangan jaringan parut yang tebal, menurut editorial JAMA.
Menurut analisis, ketiga steroid mengurangi risiko kematian hingga 34% di antara pasien sakit kritis. Sebanyak 18% dari mereka melaporkan efek samping serius, dibanding 23% dari mereka yang diberi perawatan standar.
Dr. Todd Rice, seorang profesor kedokteran dan dokter perawatan kritis di Vanderbilt University School of Medicine, mengatakan analisis ini akan menghilangkan keraguan tentang pemberian steroid kepada pasien Covid-19.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
Terkini
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia
-
Vape Bukan Alternatif Aman: Ahli Ungkap Risiko Tersembunyi yang Mengintai Paru-Paru Anda
-
Kesehatan Perempuan dan Bayi jadi Kunci Masa Depan yang Lebih Terjamin
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar