Suara.com - Terpinggirkan dari teman sebaya saat remaja bukan hanya berkaitan dengan kesehatan mental, namun juga fisik. Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal BMJ Open menunjukkan bahwa mereka berisiko mengembangkan penyakit di sistem peredaran darah.
Penyakit tersebut menimbulkan risiko lebih tinggi mengalami kondisi arteri yang menyempit dan mengeras serta detak jantung abnormal di mana berpengaruh pada fungsi normal jantung dan pembuluh darah.
“Meskipun tidak banyak yang menyadarinya, status teman sebaya adalah salah satu prediktor terkuat dari hasil psikologis dan kesehatan di kemudian hari, bahkan beberapa dekade kemudian," kata Mitch Prinstein, profesor psikologi dan ilmu saraf terkemuka di Universitas North Carolina seperti yang dikutip dari CNN.
"Status teman sebaya lebih merupakan indikator disukai, dan sejauh mana seorang anak diterima dan dihormati oleh teman sebayanya," imbuhnya.
Masalah kesehatan kronis sebelumnya biasanya dijelaskan oleh faktor genetik atau tindakan seperti merokok, minum minuman keras, atau diet yang tidak sehat, tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa nihilnya hubungan berkualitas juga merupakan indikator utama kematian dini akibat berbagai penyakit.
Katherine Ehrlich, asisten profesor psikologi di University of Georgia yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan, bahwa hubungan terkucilkan dari teman sebaya dengan penyakit kronis mungkin disebabkan karena efek stres.
Menurutnya, hubungan buruk yang membuat stret terkait dengan peradangan kronis.
"Masuk akal bahwa pengalaman sosial yang penuh tekanan dapat menyebabkan peradangan terus-menerus yang tidak terselesaikan dan jika tingkat ini dipertahankan dari waktu ke waktu, itu dapat meningkatkan risiko seseorang terkena plak di arteri, serangan jantung, dan masalah kardiovaskular lainnya," kata Ehrlich, yang tidak terlibat dalam penelitian itu.
"Orang yang terisolasi secara sosial mungkin lebih cenderung memiliki pola makan yang tidak sehat, minum berlebihan, dan menjalani gaya hidup menetap, semua ini dikenal dapat meningkatkan risiko seseorang terkena masalah kardiovaskular," imbuhnya
Baca Juga: Tak Banyak Disadari, Begini Gejala Umum Masalah Kesehatan Mental
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Prabowo Isyaratkan Maung MV3 Kurang Nyaman untuk Mobil Kepresidenan, Akui Kangen Naik Alphard
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
Terkini
-
Bikin Anak Jadi Percaya Diri: Pentingnya Ruang Eksplorasi di Era Digital
-
Rahasia Tulang Kuat Sejak Dini, Cegah Osteoporosis di Masa Tua dengan Optimalkan Pertumbuhan!
-
Terobosan Baru! MLPT Gandeng Tsinghua Bentuk Program AI untuk Kesehatan Global
-
Ubah Waktu Ngemil Jadi "Mesin" Pembangun Ikatan Anak dan Orang Tua Yuk!
-
Kasus Kanker Paru Meningkat, Dunia Medis Indonesia Didorong Adopsi Teknologi Baru
-
Osteoartritis Mengintai, Gaya Hidup Modern Bikin Sendi Cepat Renta: Bagaimana Solusinya?
-
Fraud Asuransi Kesehatan: Rugikan Triliunan Rupiah dan Pengaruhi Kualitas Layanan Medis!
-
Rahasia Kehamilan Sehat dan Anak Cerdas: Nutrisi Mikro dan Omega 3 Kuncinya!
-
Kisah Ibu Tunggal Anak Meninggal akibat Difteri Lupa Imunisasi, Dihantui Penyesalan!
-
Masa Depan Layanan Kesehatan Ada di Genggaman Anda: Bagaimana Digitalisasi Memudahkan Pasien?