Suara.com - Pandemi virus corona Covid-19 telah melanda seluruh dunia berbulan-bulan. Karena pandemi juga, masyarakat diminta untuk tidak terlalu sering keluar rumah.
Aktivitas perkantoran dan sekolah terpaksa diliburkan untuk sementara waktu dan diganti dengan penggunaan aplikasi panggilan video seperti meeting zoom.
Intensitas panggilan video yang rutin dilakukan, bahkan hampir setiap hari, membuat sebagian orang mulai merasakan stres bekerja di rumah, yang bila dibandingkan dengan bekerja saat di kantor.
Tetapi apa sebenarnya yang membuat sebagian orang itu stres?
Profesor di Insead bernama Gianpiero Petriglieri dan Profesor di Clemson University bernama Marissa Shuffler mengaku kepada BBC Worklife telah mengeksplorasi pembelajaran dan pengembangan berkelanjutan di tempat kerja saat berada di rumah.
Menurut Petriglieri, melakukan panggilan video membutuhkan lebih banyak fokus dari pada obrolan tatap muka. Obrolan video berarti kita perlu bekerja lebih keras untuk memproses isyarat non-verbal seperti ekspresi wajah, nada dan nada suara, bahasa tubuh. Hal tersebut kata mereka, akan lebih menghabiskan banyak energi.
"Pikiran kita bersatu ketika tubuh kita. Disonansi itu, yang menyebabkan orang memiliki perasaan yang saling bertentangan, melelahkan dan menambah tingkat stres. Jadi Anda tidak bisa santai dalam percakapan secara alami," ucap dia seperti dilansir dari BBC Worklife pada Rabu (16/09/2020).
Petriglieri percaya fakta bahwa setiap orang merasa dipaksa untuk melakukan panggilan mungkin menjadi faktor penyebab.
"Hal yang saya temukan adalah, kita semua kelelahan; Tidak peduli apakah mereka introvert atau ekstrovert. Kami mengalami gangguan yang sama dari konteks yang sudah dikenal selama pandemic," jelasnya.
Baca Juga: Thailand Catat 10 Kasus Impor Covid-19, Ada yang Baru dari Indonesia
Lalu ada fakta bahwa aspek kehidupan kita yang dulu terpisah - pekerjaan, teman, keluarga - sekarang terjadi di ruang yang sama.
Teori kompleksitas diri menyatakan bahwa individu memiliki banyak aspek - peran sosial yang bergantung pada konteks, hubungan, aktivitas, dan tujuan. Sehingga ketika aspek-aspek ini dikurangi, maka menjadi lebih rentan terhadap perasaan negatif.
Faktor tambahan, kata Shuffler, adalah jika orang secara fisik berada di depan kamera, maka akan sangat sadar sedang diawasi.
"Saat Anda berada di konferensi video, Anda tahu semua orang melihat. Anda berada di atas panggung, sehingga muncul tekanan sosial dan perasaan seperti Anda perlu tampil. Menjadi performatif sangat menegangkan dan lebih membuat stres," tegasnya.
Jadi bagaimana kita bisa mengurangi kestresan dalam panggilan aplikasi Meeting Zoom?
Kedua ahli itu menyarankan untuk membatasi panggilan video hanya pada yang diperlukan. Menghidupkan kamera harus bersifat opsional dan secara umum harus ada pemahaman yang lebih bahwa kamera tidak selalu harus menyala selama setiap pertemuan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Keberlanjutan Makin Krusial dalam Layanan Kesehatan Modern, Mengapa?
-
Indonesia Kini Punya Pusat Bedah Robotik Pertama, Tawarkan Bedah Presisi dan Pemulihan Cepat
-
Pertama di Indonesia, Operasi Ligamen Artifisial untuk Pasien Cedera Lutut
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Gaya Bermain Neymar Jr Jadi Inspirasi Sepatu Bola Generasi Baru
-
Menopause dan Risiko Demensia: Perubahan Hormon yang Tak Bisa Diabaikan
-
Penelitian Ungkap Mikroplastik Memperparah Penyempitan Pembuluh Darah: Kok Bisa?
-
Lari Sambil Menjelajah Kota, JEKATE Running Series 2025 Resmi Digelar
-
Di Balik Duka Banjir Sumatera: Mengapa Popok Bayi Jadi Kebutuhan Mendesak di Pengungsian?
-
Jangan Anggap Remeh! Diare dan Nyeri Perut Bisa Jadi Tanda Awal Penyakit Kronis yang Mengancam Jiwa